JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Hari ini, 20 Januari 2017 akan menjadi momen yang menandai 4 tahun kepemimpinan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump di White House. Satu hari sebelum inagurasi, atas nama The Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal sang founder, membacakan surat terbuka berisi sejumlah ucapan dan pesan untuk Trump. Salah satunya bagaimana presiden terpilih AS mampu membagun hubungan yang damai dengan negara-negara Islam.
“Sebagaimana kami datang dari negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, dan negara yang menjunjung tinggi pluralism, kebebasan beragama dan demokrasi, kami meminta anda untuk membangun hubungan yang positif, stabil dan damai dengan negara-negara Islam,” tuturnya dalam Public Lecture di gedung Erasmus Huis, Jakarta (19/1).
Dalam surat tersebut, Dino pun menyinggung bahwa Islam telah menjadi salah satu agama yang berkembang cukup pesat di Amerika. Tidak dapat dielakkan, salah satu kunci membangun perdamaian dunia, menurut Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini, adalah bagaimana Barat dan dunia Islam mampu menjaga jalinan hubungan yang positif di antara keduanya. “Jika melakukan kesalahan kita akan menderita, jika benar kita semua akan sejahtera,” tuturnya sembari berpesan agar ke depan, Presiden Amerika terpilih akan tetap mempertahankan keberadaan delegasi khususnya untuk Organization of Islamic Conference (OIC).
Begitu pula dengan perihal perdamaian Palestina, FPCI pun mendorong agar Presiden Trump untuk mendukung Palestina untuk segera mendapatkan status kenegaraan yang independen dengan solusi ‘dua negara’. Di mana, Palestina dan Israel mampu berjalan beriringan dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan.
“Merampas kebebasan warga Plestina tidak akan membawa keamanan ataupun benefit lainnya bagi Israel, Timur Tengah dan Amerika Serikat,” lanjutnya.
Dino pun menutup pembacaan surat tersebut dengan berpesan agar Presiden Trump mampu menghindari kesalahan terburuk yang kerap dilakukan oleh seorang pemimpin. Ia mengharapkan dengan posisinya sebagai pemimpin di negara yang mempunya pengaruh cukup besar di berbagai belahan dunia, Presiden Trump mampu menghindari sikap ‘Takabur’ yang dijabarkannya sebagai karakterisik yang melibatkan sikap ceroboh, arogan, tidak bijaksana, dan terlalu percaya diri.
“Bagaikan hukum alam bahwa dalam kehidupan, bisnis, poltik, bahkan dalam urusan diplomasi, setiap pribadi yang ‘takabur’ akan gagal. Kami mendoakan agar anda menjalankan tugas dengan semangat yang berlawanan dengan sifat ‘takabur’ dan agar anda menjadi negarawan yang handal serta mampu dihormati oleh dunia,” tutupnya (Th).