Haedar Nashir: Bangsa ini Tidak Bisa Dipertaruhkan dengan Pikiran dan Kepentingan Jangka Pendek

Muhammadiyah Haedar Nashir Agama

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Dok SM

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan pentingnya menjaga suasana kondusif di tengah situasi keumatan dan kebangsaan yang sangat kompleks seperti sekarang ini. Demi masa depan bangsa, maka seluruh komponen bangsa harus mengedepankan kepentingan bersama dan jangka panjang.

“Ada banyak situasi rumit seputar isu kebhinekaan, radikalisme, terorisme, intoleransi dan sejenisnya yang satu sama lain memiliki persepsi sendiri dan keadaannya tumbuh karena banyak faktor,” tutur Haedar dalam pernyataan persnya, Minggu (22/1).

Menurutnya, saat ini masalah yang dihadapi bangsa Indonesia menjadi rumit dan sensitif. Mulai dari isu kesenjangan social-ekonomi, persoalan TKA ilegal, kasus korupsi, kenaikan harga kebutuhan pokok, hubungan Indonesia dengan luar yang menyentuh isu kedaulatan dan masalah krusial lainnya.

Yang juga harus menjadi catatan bersama adalah kemunculan kasus penistaan agama. Antar satu pihak dengan pihak lainnya berhadapan posisi yang boleh jadi di belakangnya banyak kepentingan ekonomi politik dan lainnya.

Selain itu, kata Haedar, juga adanya sikap dan pandangan yang cenderung ekstrim dalam paham keagamaan, kebangsaan dan kemanusiaan universal serta kemudian saling memperebutkan tafsir dan kepentingan.

Oleh karena itu, model penyelesaian yang digunakan harus secara komprehensif serta melibatkan seluruh komponen bangsa, terlebih pemerintah dan kekuatan politik. Haedar mengimbau, semua pihak bisa menahan diri dan bersama-sama mencari titik temu dengan dialog dan bertukar pikiran secara dewasa.

“Bangsa ini terlalu berat untuk ditanggung satu dua pihak. Bangsa ini juga tidak bisa dipertaruhkan dengan pikiran dan kepentingan jangka pendek. Maka mari berjeda untuk memikirkan jalan bersama demi keselamatan dan masa depan Indonesia,” ungkap Haedar.

Kondisi yang sarat pertentangan ini menjadi beban berat sekaligus tanggungjawab organisasi Islam moderat di Indonesia seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

“Bagi Muhammadiyah dan mungkin organisasi moderat lain masalah tersebut tidak sederhana. Akan selalu ada tarik-menarik posisi dan kepentingan. Muhammadiyah berusaha maksimal ikut menyelesaikan masalah keumatan dan kebangsaan yang rumit dan kompleks itu,” ujarnya.

Haedar menekankan bahwa Muhammadiyah tidak bisa hanya melihat dan menyelesaikan persoalan kompleks tersebut dari hilir dan secara instan. Muhammadiyah dan mungkin NU tentu tidak ingin harus cuci piring kotor, meski mulia dan tidak harus pilih-pilih peran (Ribas/Tr).

Exit mobile version