Oleh: Muhammad Muslih
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ , وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ , وَلاَ عُدْوَانَ اِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, أَلْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنَ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ .
اَ للَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ , وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ, أُوْصِيْ بِنَفْسِيْ وَ اِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ حَقَّ تُقَاتِهِ , فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقِيْنَ
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SwT.
Allah SwT menyebut sebuah negeri yang aman, damai, makmur yang menjadi impian semua umat, yakni baldatun thoyyibatun wa rabbun ghaffur. Al-Qur’an menggambarkan Negeri Saba’ yang subur dan makmur di bawah kepemimpinan Raja Dawud dan Putranya Sulaiman dengan penduduknya yang selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Allah SwT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِيْنٍ وَشِمَالٍ كُلُوْا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُوْرٌ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS. Saba’: 15).
Negeri yang makmur dan damai diungkapkan dengan kalimat Baldatun Thoyyibatun wa rabbhun ghaffur, secara bahasa berarti: ”Negeri yang baik dengan rabb Yang maha pengampun”. Makna “Negeri yang baik (Baldatun Thoyyibatun)” bisa mencakup seluruh kebaikan alamnya, dan “Rabb yang maha pengampun (Rabbun Ghafur)” bisa mencakup seluruh kebaikan perilaku penduduknya sehingga mendatangkan ampunan dari Allah SwT.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SwT.
Bagaimana cara mewujudkan negeri yang Baldatun Thoyyibatun warabbun ghaffur? Untuk mewujudkan negeri yang baik yang penuh dengan ampunan Allah adalah dengan mewujudkan beberapa hal berikut:
Pertama, Ikhlas beribadah kepada Allah (Ihlashul Ubudiyyah Lillah). Ikhlas menjadi syarat terwujudnya negeri yang baik, sebab dengan keikhlasan dalam beribadah, bekerja, berjuang dan beramal sebagai pertanda sikap syukur dan telah sampainya tujuan diciptakanya manusia yaitu mengabdi kepada Allah dengan didasari keikhlasan yang tinggi.
وَمَا أُمِرُوْا إِلَّا لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِيْنَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, (Qs Al-Bayyinah: 5)
Kedua, Akhlak penduduknya yang mulia, Ahlak yang mulia merupakan pilar terwujudnya masyarakat dan bangsa yang baik.“ Masyarakat yang sejahtera, aman, dan damai hanya dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan, bertolong-menolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syetan dan hawa nafsu“.
اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ( أحمد )
“Sesungguhnya Orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya,” (HR. Ahmad).
Ketiga, Sifat amanah yang menyebar dan membumi. setiap penduduk negeri apabila benar-benar menjalankan kewajiban dan amanah yang dipercayakan kepadanya dengan baik, tidak ada korupsi, suap-menyuap dan pengkhianatan lainnya. Niscaya terwujudlah masyarakat yang baik. Allah SwT melarang perbuatan menyia-nyiakan amanat. Sebagaimana Qs Al-Anfal: 27.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-(Nya) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui.” (Qs Al-Anfal: 27 ).
Dengan memegang kuat amanah berarti menguatkan tatanan masyarakat, sebaliknya menghianati amanat sama saja dengan menghancurkan peradaban bangsa.
Keempat, Adanya keseimbangan yang indah antara urusan dunia dan akherat. Alkisah seorang sahabat berniat beribadah di siang dan malam hari, hingga ia berniat menjauhi dunia dan istrinya,seluruh waktu dan jiwanya hanya dihabiskan untuk bertaqarrub kepada Allah, Tetapi rasul malah melarangnya sambil bersabda: ”Aku adalah manusia terbaik, aku makan dan minum tetapi aku juga berpuasa, aku istirahat dan tidur tetapi aku juga mendekati istri, aku bangun menjalankan shalat tetapi aku juga bekerja mencari kehidupan dunia.
Itulah keseimbangan hidup, memperhatikan kemashlahatan akhirat, tetapi tidak pula memperhatikan kebaikan dunia, bangsa yang baik hanya akan terwujud jika ada kebaikan jasmani dan ruhani.
Kelima, Bertaubat meraih ampunan Allah. Setiap manusia tentu pernah berbuat dosa, tetapi siapa yang bertaubat memohon ampun kepada Allah SwT, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Ketika turun Qs Ali Imran: 135, Rasulullah bersabda kepada Para sahabat, ketahuilah saat ini syetan sedunia sedang menangis, karena syetan telah menggoda anak cucu Adam tetapi Allah menurunkan ayat yang siapa bertaubat , Allah akan menghapus dosa-dosa mereka.
Ibn mas’ud berkata, bagi orang yang berdosa ayat ini lebih baik dari syurga dan isinya, kemudian Ia membaca Qs Ali Imran: 135:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Qs Ali Imran: 135).
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Itulah di antara pilar terwujudnya negeri yang baik dengan Rabb yang Maha pengampun, mudah-mudahan Indonesia menjadi negeri yang diberkahi Allah dan menjadi Negeri “baldatun Thoyyibatun warabbun Ghaffur”.
—
*Penulis adalah Wakil Ketua PDM membidangi Majelis Pendidikan Kader ( MPK ) PDM Boyolali.