NEW YORK, Suara Muhammadiyah-President Muslim Foundation of America, Inc, Imam Shamsi Ali, menegaskan komitmennya untuk terus menyuarakan pesan damai Islam di Amerika Serikat. Di tengah masa transisi awal kepemimpinan Donald Trump tidak menjadikan komunitas minoritas muslim di sana ciut. Sebaliknya, mereka justru tertantang untuk mewujudkan komunitas muslim yang solid.
“Kami tidak pernah merasa bahwa apa yang terjadi saat ini di Amerika akan menghentikan upaya kami mengenalkan Islam dan membangun komunitas Islam yang lebih solid. Bagi masyarakat Muslim Amerika, salah satu kontribusi terpenting kami adalah membangun komunitas yang solid sebagai bagian dari upaya kami membawa kebaikan kepada negara ini,” tutur Shamsi Ali kepada Suara Muhammadiyah, Ahad (30/1).
Donald Trump yang dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45 sekitar seminggu lalu, telah menelurkan berbagai kebijakan dan keputusan kontroversial. “Barangkali salah satu kebijakan yang paling kontroversial, bahkan menyakitkan sebagian masyarakat Amerika sendiri adalah ditanda tanganinya aturan pelarangan pendatang dari tujuh negara mayoritas Muslim,” ungkap Shamsi.
Ketujuh negara itu adalah Iran, Irak, Suriah, Somalia, Yaman, Libia, dan Sudan.
Menurut Imam Shamsi Ali, kebijakan itu telah memantik kebencian dari banyak pihak kepada Amerika. Donald Trump telah membuka pintu lebih luas bagi kebencian pihak-pihak yang memang benci. “Bahkan teror boleh jadi semakin menjadi-jadi atas nama perang kepada teror. Bahkan boleh jadi akan lebih parah ketimbang apa yang terjadi di era pemerintahan GW Bush,” katanya.
Dalam menyikapi kondisi itu, masyarakat Muslim Amerika, kata Shamsi Ali, juga akan terus membangun koalisi dengan pihak-pihak yang punya kepentingan yang sama. Donald Trump menjadi momok tersendiri bagi banyak pihak. Dari masyarakat Muslim, African, Hispanic, Asia, LGBT, bahkan Yahudi. Masyarakat Muslim harus mampu membangun koalisi dengan mereka untuk meredam dampak negatif terpilihnya Donald Trump ini.
“Akhirnya saya juga ingin mengatakan bahwa saat ini pemerintah-pemerintah mayoritas Muslim juga sedang teruji. Jika Donald Trump dengan terang-terangan menyudutkan komunitas Muslim, baik dalam maupun luar negeri, apakah wajar jika pemerintahan Muslim hanya mengambil sikap tidak peduli dan diam?,” katanya.
Tentu yang paling parah dan menyakitkan, kata Imam Shamsi, adalah ketika ada pihak-pihak dalam pemerintahan negara mayoritas Muslim justeru memuji Donald Trump. Bahkan dengan bangga ingin membangun kerjasama bisnis, membangun perhotelan maupun taman-taman hiburan, dan lain-lain.
“Saya ingin katakan bahwa sikap pihak-pihak tertentu yang seperti itu tidak saja menyinggung perasaan umat Islam di negara-negara tersebut. Tapi juga masyarakat Muslim dunia, khususnya di Amerika. Bahkan sejatinya telah menginjak-injak kehormatan dan sensitifitas masyarakat Amerika secara luas,” tutur kader Muhammadiyah itu (Ribas).