YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Namanya Aqila (9 tahun). Seorang anak yang sangat antusias pada ilmu sains, khususnya tentang ilmu perbintangan dan benda-benda luar angkasa. Di sisi lain, Aqila kurang berminat dalam belajar Al-Qur’an. Kecintaan Aqila pada Al-Quran tumbuh saat ia berlibur ke rumah kakek dan neneknya. Sang kakek berprofesi sebagai astronom, yang tinggal dan bekerja di Pusat Peneropongan Bintang Boscha, Lembang, Bandung.
Menjelang libur sekolah, guru Aqila memberikan tugas untuk membuat laporan tentang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan. Aqila yang memiliki ketertarikan pada astronomi sangat ingin menyuguhkan laporan temuan terbaru tentang planet Pluto.
Aqila membujuk kakeknya agar memberi izin menggunakan teropong bintang di Observatorium Boscha untuk menyelesaikan tugasnya. Kakeknya setuju namun dengan satu syarat yang harus dipenuhi, yaitu Aqila harus bisa membaca Al Qur’an. Aqila pun menyanggupinya.
Di rumah kakek, Aqila bertemu Ros, anak dari pembantu kakek dan neneknya. Ros mengajak Aqila bermain dan mengaji di sebuah masjid. Di masjid inilah Aqila belajar membaca Al Qur’an dengan metode Iqro. Kemampuan membaca Al-Qur’an Aqila meningkat drastis di bawah bimbingan Kak Raudhah. Bahkan ia rela mengaji di jam tambahan, demi bisa segera memenuhi syarat menggunakan teropong Boscha. Selain karena ia begitu menikmati prosesnya.
Aqila pun memenuhi persyaratan yang diajukan sang Kakek. Namun, hampir saja keinginannya tidak tercapai. Sebabnya, terjadi paparan polusi cahaya di sekitar Boscha oleh adanya bangunan hotel, yang menjadikan pusat observatorium itu tidak bisa berfungsi optimal. Bahkan, Boscha pun sempat ditutup untuk beberapa saat.
Sampai akhirnya, hotel ilegal dihentikan dan izin operasional Boscha diaktifkan kembali. Aqila pun memperoleh pengalaman yang sangat luar biasa, menyaksikan langsung benda-benda luar angkasa melalui teropong di Boscha. Pengalaman Aqila belajar Al-Qur’an dan teladan dari kakeknya inilah yang menggugah mata hatinya, tentang kebesaran Allah SWT yang menciptakan alam semesta dengan sangat teratur, indah, dan detil.
Ketua panitia Nobar Film Iqro, Tedy Harmanto menyatakan bahwa film ini mencoba memberikan kritik sosial. Di saat kebanyakan dari orang yang mengerti sains di zaman sekarang justru melepaskan diri dari ilmu agama. Ilmu agama dianggap tidak cocok dengan sains. Padahal pada faktanya justru banyak ilmu sains yang ditemukan dengan berlandaskan agama. Film Iqro mencoba untuk menyadarkan tentang pentingya mempelajari Al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
“Film Iqro yang diproduksi Masjid Salman ITB ini mengingatkan kembali untuk memupuk gairah belajar membaca Al-Qur’an pada anak-anak di era yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini,” kata Tedy sebelum pemutaran film di J-Walk Yogyakarta, Ahad (5/2).
Hal itu dikuatkan oleh ketua Yayasan Team Tadarus Al-Qur’an AMM Kotagede Yogyakarta, Suhudi Aziz. Menurutnya, film Iqro menyemangati para aktivis yang mengajarkan Al-Qur’an serta mengingatkan kembali pada tokoh yang menemukan metode Iqro, KH As’ad Human. Metode ini telah memudahkan banyak orang dan mengantarkan untuk bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu enam bulan.
“Semangat dari film ini adalah kita boleh belajar setinggi langit, sampai ke planet Pluto, tapi jangan lupa belajar mengaji Al-Qur’an sebagai pelita hati kita. Belajarlah setinggi-tingginya, tetapi jangan lupa membaca dan mempelajari Al-Qur’an,” ujar Suhudi.
Sementara itu, mewakili keluarga dari alm As’ad Human, Fajri Gumae, menyatakan bahwa metode Iqro masih relevan digunakan dalam mempelajari Al-Quran secara efisien dan efektif. Tidak hanya di Indonesia, metode Iqro bahkan juga digunakan di Malaysia dan beberapa tempat lainnya.
‘Iqro: Petualangan Meraih Bintang’ merupakan film yang diproduksi oleh Salman Film Academy, sebuah rumah produksi film di bawah manajemen Masjid Salman Institut Teknologi Bandung. Film yang mulai tayang pada 26 Januari 2017 ini dibintangi oleh pemeran profesional. Sebut saja Aisha Nurra Datau sebagai pemeran utama film ini serta Raihan Khan sebagai pemeran muda pria. Ada juga Mike Lucock, Neno Warisman, Adhitya Putri, dan Cok Simbara (Ribas).