MALANG, Suara Muhammadiyah- Keberadaan Teaching Factory di SMK Muhammadiyah 7 (SMK) Gondanglegi, Kabupaten Malang terus diperkuat. Kali ini, untuk memantapkan kesiapan sumberdaya pendukungnya, pihak SMK Mutu melangsungkan Workshop Pengembangan Teaching Factory, Sabtu (4/2).
Workshop digelar sehari penuh di ground hall Gedung Titanium Building dan diikuti 60 peserta dari guru Produktif dan Kewirausahaan, serta Kepala Program Keahlian SMK Mutu. Workshop difasilitasi dan dibimbing narasumber dari Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud dan praktisi Teaching Factory berpengalaman dari SMK ternama di Jawa Timur.
Dalam sambutannya, M. Pahri selaku Kepala Sekolah SMK Mutu berharap ada perubahan mindset dari guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis Teaching Factory sehingga tercipta suasana belajar yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (DU/DI). Sementara itu, Kepala Sub Kurikulum Seksi Pembelajaran Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud Widianto menyampaikan perubahan SMK dari masa kemasa, seperti halnya kurikulum 2013 yang bertujuan juga untuk meningkatkan karakter dan kompetensi siswa sesuai keinginan Industri.
“Karena itu pula, dalam pembelajaran berbasis Teaching Factory diperlukan MOU antara sekolah dan Industri,” katanya.
Lebih lanjut, Direktorat PSMK berharap SMK Mutu yang merupakan SMK Rujukan Nasional ini menjadi leader dalam pengembangan Teaching Factory.
Hendrik Dwi Yusianto, fasilitator teknis pengembngan dokumen dalam workshop teaching factory di SMK Mutu ini, melakukan pembimbingan penyusunan dokumen Teaching Factory. Menurutnya, dokumen TF mencakup legal aspect, sumber belajar, perangkat pembelajaran dan bussiness plan. Ia mencontohkan, dokumen sumber belajar haruslah berisi tutorial, manual book atau pun training kit dari pihak industri (DUDI).
“TF harus memasukkan value industri ke dalam SMK, khususnya dalam KBM. Corporate values seperti sikap dan etos kerja, kedisiplinan, serta keamanan dan keselamatan kerja. Terlebih, kegiatan dalam TF adalah transfer skill mengimbaskan kompetensi standar manufaktur atau industri,” bebernya, di sela workshop.
Dikatakan Hendrik, TF tetap berfungsi sebagai pusat pembelajaran, namun dengan habit dan iklim serupa seperti yang ada dan terjadi dalam lingkungan industri sebenarnya. Indikator keberhasilan, lanjutnya, adalah keterserapan kerja, capaian SKL, dan banyaknya lapangan wirausaha sesuai standar dan iklim industri.
“Teaching factory mengimbaskan apa yang ada di manufaktur ke SMK, sehingga setting semirip mungkin prosesnya seperti dalam industri. Program utamanya adalah mempersiapkan kompetensi lulusan ke dunia kerja atau wirausaha,” imbuhnya.
Dalam workshop ini, peserta diharuskan membuat analisis potensi dan kondisi, untuk menelaah potensi apapun yang bisa dikembangkan dalam teaching factory. Salah satu hasil analisis adalah untuk menentukan pengayaan kompetensi keahlian apa yang prospek dan sangat dibutuhkan industri.
Sementara itu, wakil manajemen mutu SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Martono ST mengungkapkan, dalam teaching factory SMK Mutu ini nantinya akan diwujudkan corporate culture sesuai yang diterapkan di kalangan industri. Kedepan, katanya, pihak PT Astra Daihatsu diharapkan akan menjadi mitra DUDI yang mendukung langsung kegiatan pembelajaran dan penguatan kompetensi keahlian di dalam Teaching Factory ini (amin).