Pelantikan Bersama PRM, PRA, PRPM, dan PRNA Se-Cabang Trucuk

Pelantikan Bersama PRM, PRA, PRPM, dan PRNA Se-Cabang Trucuk

KLATEN, Suara Muhammadiyah-Bertempat di gedung dakwah AR Fachrudin Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Ahad pekan lalu telah berlangsung pelantikan Pimpinan Ranting, baik Ranting Muhammadiyah, ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, dan Nasyiyatul ‘Aisyiyah se-cabang Trucuk.

Hadir dalam acara tersebut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten H Abdul Rodhi, SSos, Camat Trucuk H Bambang Haryoko, SSos MM, Kapolsek, Danramil, dan sejumlah tamu undangan lainnnya.

Usai Pelantikan dilanjutkan tausyiyah yang disampaikan oleh H Jamaludin Ahmad, SPsi dari LPCR PP Muhammadiyah.

Dalam laporannnya, Ketua Panitia Penyelenggara Pelantikan  Dr H Wakhid Syaefudin, MPd yang juga selaku Sekum PCM Trucuk, melaporkan bahwa pelantikam bersama ini merupakan pelantikan perdana yang diselenggarakan oleh PCM Trucuk. Selain ini akan menghemat waktu juga efisien terhadap langkah kerja persyarikatan.

Untuk diketahui, bahwa PRM dan PRA Cabang Trucuk ada 22 dari 18 desa/keluragan yang ada. Sementara untuk PRPM baru ada 11  ranting yang berdiri, dan PRNA baru 8 ranting. Ke depan agar semua desa yang ada di Trucuk ini bisa berdiri PRPM dan PRNA. Pelantikan bersama ini mengusung tema “Membangun Sinergi Gerakan Keluarga Muhammadiyah Trucuk Berkemajuan”. Dengan harapan ada kebersamaan/sinergi terhadap gerakan  untuk amar  ma’ruf nahi mungkar dalam menegakkan agama Islam yang berdasarkan Qur’an dan Assunah.

Sementara itu, Jamaludin Ahmad mengatakan, bahwa Allah memberikan NKRI ini Negara yang kaya raya, subur makmur, sehingga banyak bangsa lain yang ingin memilikinya. Hal ini dibuktikan adanya bangsa Belanda, Portugis, Jepang, dan Inggris pernah menjajah Indonesia hanya ingin memilikinya.. Oleh karena itu  upaya untuk mengusir penjajah tak lepas dari perjuangan tokoh-tokoh Islam, ulama, Termasuk tokoh Muhammadiyah ada di dalamnya, seperti Penglima Besar Jendral Sudirman, Ki Bagus Hadi Kusumo, dll.

Melihat sejarah fundamental dasar Negara RI agaknya sejalan dengan Anggaran Dasar Muhammadiyah. Bahwa Dalam anggaran dasar Muhammadiyah disebutkan dalam butir yang pertama adalah ketauhidan. Kalau orang sudah bertauhid dengan mengesakan Allah akan lahir nilai-nilai ketaqwaan. “Di dalam preambule/Pembukaan UUD 45 nilai Ketuhanan diletakkkan pada urutan pertama sehingga agar Negara ini menjadi maju harus mengedepankan nilai-nilai luhur Pencasila yang termaktub di dalam pembukaan UUD 45. Peran Ki Bagus Hadi Kusumo selaku tokoh Muhammadiyah memiliki andil besar dalam mendirikan NKRI. Nilai Kebhinekaan senantiasa dijunjung tinggi oleh Muhammadiyah,” ujarnya.

“Jenderal Sudirman merupakan tokoh Muhammadiyah yang tak mudah dilupakan begitu saja oleh sejarah. Fakta menunjukkan, bahwa Jendral Besar Sudirman adalah tokoh Muhammadiyah Banyumas, guru SD Muhammadiyah sejak sebelum merdeka mengobarkan Hizbul Wathan (cinta tanah air) untuk menjadi bangsa yang merdeka. Hinga beliau memimpin TKR dalam kondisi sakit. Oleh Ir Sukarno, Jendral Sudirman disuruh untuk berobat di saat dirinya sakit. Perjuangan dilanjutkan setelah sembuh. Namun apa jawaban beliau? ‘Saat ini memang Sudirman sakit. Tetapi Panglima Besar tidak sakit’ Hinggga perjuangan akan berakhir beliau baru istirahat mau berobat hingga ajal menjemput dirinya di usia yang ke 33,” kata Jamaluddin.

Sebagai implementasi dari ketauhidan, ada 3 hal yang senantiasa dijalankan olehnya, diantaranya adalah: pertama, selalu menjaga diri dalam keadaan suci/ thoharoh/ menjaga wudlunya. Kedua, sholat tepat waktu. Tidak pernah mengulur-ngulur waktu sholat bila sudah masuk waktu sholat. Termasuk sholat malam tak pernah beliau tinggalkan. Ketiga ikhlas, tawakal, dan tawadhu’ dalam semua amal (Paimin JS).

Exit mobile version