New York, Suara Muhammadiyah-Beberapa waktu lalu, kabar melegakan terdengar dari Pengadilan Distrik Federal Washington setelah titah Presiden Donald Trump dalam bentuk Executive Order melarang masuknya imigran dari 7 negara Muslim sempat menyulut amarah warga AS. Sayangnya, Trump kalah telak karena tuntutan orang nomor satu di AS terhadap Hakim Pengadilan Federal James Robart yang membekukan kebijakan imigrasi tersebut, ditolak oleh pengadilan banding AS.
Sementara waktu, #MuslimBan yang dicetuskan oleh Trump dibekukan menunggu hingga keputusan selanjutnya dikeluarkan. Imigran dari 7 negara yang sempat tertahan di bandara JF Kennedy pun akhirnya diperbolehkan masuk ke negara tersebut.
“Barangkali salah satu hikmah terbesar dari hadirnya Donald Trump di kancah perpolitikan Amerika dengan berbagai konsekuensi buruk itu adalah tumbuhnya empathy dan solidaritas tinggi dari masyarakat Amerika secara luas,” tutur Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation melalui siaran pers yang diterima suaramuhammadiyah.id, Rabu (8/2).
Desakan berupa aksi solidaritas yang berdatangan meurut Shamsi Ali terlihat dari masyarakat AS secara luas. Rally dan protest yang secara dominan diinisiasi oleh masyarakat AS non Muslim terjadi di mana-mana dan sulit untuk dibendung keberadaannya.
“Mungkin yang unik disebutkan di sini adalah keterlibatan masyarakat Yahudi membela hak-hak Muslim di berbagai kesempatan,” tambahnya.
Dukungan itu, ternyata, menurut Shamsi Ali bukan hanya muncul karena kebijakan yang belakangan dikeluarkan terkait imigrasi. Namun, semenjak trend Islamphobia di negara tersebut mulai meninggi. Sebut saja di tahun 2010, pimpinan seluruh agama di AS mengusulkan adanya rally Today I am a Muslim too (hari ini saya juga seorang Muslim). Reaksi dari kalangan non Muslim terhadap fenomena ini merupakan wujud dari kesadaran akan nilai-nilai yang sejak lama dijunjung tinggi oleh Amerika. Tidak lain adalah bahwa Amerika menjamin keadilan untuk semua (justice for all) dengan tidak melihat apapun latar belakang agama yang dianut oleh mereka.
“Isu tersebut bukan lagi isu kelompok tertentu. Melainkan isu nasional karena dinilai bertentangan dengan dasar konstitusi. Sekaligus menginjak-injak nilai yang dijunjung tinggi Ameerika (American value) dalam toleransi dan kebebasan beragama,” terangnya.
Rencananya, terang Shamsi Ali, aksi serupa pun akan kembali digelar dengan dukungan segala pihak, termasuk oleh kalangan komunitas antar agama, Yahudi, Kristen, Budha, Hindu, Sikh. Rally yang mengangkat tema yang sama seperti yang digelar pada 2010 lalu, pada 19 Februari di Time Square, New York.
“Warga Muslim kembali mendapat dukungan dan solidaritas yang luar biasa dari teman-teman warga Amerika non Muslim. Bahkan organisasi-organisasi massa non agama juga menyatakan ingin bergabung membela komunitas Muslim,” tandasnya (Th).