YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Selama hampir menginjak 102 tahun, Suara Muhammadiyah tetap mampu mempertahankan nafasnya sebagai media resmi persyarikatan yang mencerahkan umat. Bukan semata hanya milik Muhammadiyah saja, namun juga warga Yogyakarta dan juga Bangsa. Tak salah, menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, melihat Suara Muhammadiyah yang kini sudah melesat kencang, tentunya ini bukanlah hasil dari kerja sesaat saja.
“Suara Muhammadiyah telah mengalami proses perjalanan dan perjuangan panjang tokoh-tokoh pendirinya hingga saat ini,” tuturnya di lokasi pembangunan Grha Suara Muhammadiyah, Jl. KHA Dahlan No. 107, Kamis (9/2).
Haedar pun sempat bercerita bagaimana sosok Buya Syafii Maarif dan dirinya pun memulai kiprahnya di Suara Muhammadiyah dari bawah. Buya Syafii sebagai juru ketik, dan Haedar sendiri sebagai wartawan di Majalah yang belakangan dianugerahi Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Majalah Islam yang Terbit Berkesinambungan Terlama.
“Mendirikan Suara Muhammadiyah menjadi seperti sekarang ini penuh dengan mujahadah,” tambahnya.
Seperti yang dikatakan oleh Buya Syafii dalam kesempatan yang sama bahwa membesarkan Suara Muhammadiyah juga memerlukan individu yang mampu berpikir stretegis dan terus bekerja keras. Apalagi, di era digitalisasi seperti ini yang tak jarang memaksa sejumlah media cetak untuk menurunkan oplahnya bahkan hingga gulung tikar. Melihat perkembangan Suara Muhammadiyah yang kian pesat dalam 3 tahun terakhir ini Buya pun optimis, bahwa belajar dari pengalaman Suara Muhammadiyah, kemajuan AUM bisa terus didongkrak jika pengelolaannya dapat dibenahi dengan baik.
“Dalam 3 tahun terakhir, perkembangan Suara Muhammadiyah sangat dahsyat. Dalam rentang waktu yang sama Suara Muhammadiyah telah memiliki asset sebanyak 30 M,” tambah Buya yang juga Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah ini.
Oleh karenanya, Haedar pun menyampaikan bahwa generasi penerus persyarikatan khususnya awak Suara Muhammadiyah harus mengambil pelajaran dari mereka akan spirit perjuangan membesarkan Suara Muhammadiyah. Karena dari sana tentunya akan ada nilai ujroh juga rahmat yang diturunkan oleh Allah bagi mereka yang berjuang untuk kepentingan umat.
“Kita ambil spirit membesarkan Suara Muhammadiyah sebagai milik bangsa, milik umat, milik persyarikatan,” lanjut Haedar sembari mengutip kata-kata Buya Syafii,”Berjuang di Muhammadiyah jangan takut miskin, insya Allah, Allah memperkaya kita. Tidak perlu diminta, Allah akan berikan.”
Bagi Haedar, Pembangunan Grha Suara Muhammadiyah ini merupakan momentum menggelorakan kembali budaya Iqra, menyambung kembali budaya literasi yang telah digagas sejak tahun 1915 oleh Kiai Dahlan. Sehingga, Suara Muhammadiyah sendiri menjadi pengokoh bagi pilar berkemajuan Muhammadiyah dan bangsa.
“Pimpinan Persyarikatan jangan segan untuk menyebarkan Suara Muhammadiyah, apalagi melanggankannya kepada warga Muhammadiyah,” pesan Haedar kepada seluruh pimpinan dan tamu undangan sembari mengharap pembangunan Grha Suara Muhammadiyah dapat didukung oleh segala pihak termasuk warga Muhammadiyah dan masyarakat sekitar (Th).