YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Menjelang pelaksanaan Pilkada 2017, Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah melalui Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA) menerbitkan info grafis mengenai Pendidikan Pemilih Pilkada 2017. Info grafis tersebut menjadi penting untuk diterbitkan mengingat amanat yang didapatkan LPPA pada Muktamar terkait pendidikan politik bagi warga Aisyiyah.
Wakil Ketua LPPA, Khusnul Hidayah menuturkan bahwa pendidikan politik bagi perempuan merupakan hal yang penting guna meningkatkan kualitas demokrasi. Berkaitan dengan hal tersebut, LPPA telah mengawal jalannya proses pilkada mulai dari pra pilkada seperti memastikan bahwa warga yang memiliki hak pilih dipastikan ada pada daftar pemilih tetap, serta melakukan pendidikan pemilih pada forum-forum yang dimiliki Aisyiyah seperti forum pengajian rutin, pertemuan cabang dan ranting, serta pertemuan amal usaha, dan lain sebagainya.
Selain itu, Khusnul mengaku bahwa pihaknya mengirimkan surat ke Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) dan Pimpinan daerah Aisyiyah (PDA) yang melaksanakan Pilkada untuk melakukan diskusi publik serta membuat kontrak politik dengan calon kepala daerah. “Lalu setelah Pilkada selesai melakukan pertemuan dan diskusikan dengan kepala daerah terpilih untuk memastikan program-program yang telah disepakati di kontrak politik sebelumnya berjalan sesuai perjanjian,” tambahnya.
Keterlibatan perempuan pada pemilu, kata Khusnul, harus didasarkan pada pentingnya perempuan harus memilih serta kesadaran untuk memilih kandidar yang berpihak pada kepentingan perempuan dan kelompok miskin. Oleh karena itu, menurutnya dengan adanya info grafis ini diharapkan adanya penyadaran bagi warga Aisyiyah mengenai pentingnya berpartisipasi dalam pilkada dengan meningkatkan kualitas pilkada itu sendiri.
Mengenai banyaknya berita hoax yang beredar di berbagai media, Khusnul mengatakan bahwa LPPA sudah melakukan literasi media kepada warga Aisyiyah baik di media cetak, training, maupun di forum pengajian. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya memang belum mengukur sejauh mana kefektifan hal tersebut. namun minimal sudah ada kampanye untuk mengklarifikasi terlebih dahulu tentang berita yang belum jelas keberadaannya.
“Hoax tidak bisa dipungkiri merupakan ekses dari media sosial dan kebebasan media. Yang sudag dilakukan Aisyiyah adalah termasuk mensosialisasikan fikih media yang sudah dibuat oleh Majelis Tarjih,” tandasnya (Karima/ Yusri).