Disambangi 23 Dubes UE, Muhammadiyah Jelaskan Peran Islam dalam Kemajemukan Indonesia

Disambangi 23 Dubes UE, Muhammadiyah Jelaskan Peran Islam dalam Kemajemukan Indonesia

Ketua Umum PP Muhammaidyah Haedar Nashir bersama 23 dubes Uni Eropa, Selasa (14/2)

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-23 Duta besar utusan Uni Eropa mendatangi PP Muhammadiyah Selasa (14/2) kemarin. Rombongan yang terdiri dari perwakilan Dubes Uni Eropa untuk Indonesia dan 23 dubes dari negara-negara yang ada di Eropa tersebut diterima secara langsung oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta.

Menurut Haedar, dalam pertemuan tersebut kurang lebih ada beberapa hal yang dibicarakan antara delegasi Dubes UE dengan PP Muhammadiyah. Salah satunya, Haedar  menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor integrasi sosial dan nasional di Indonesia.

“Bagaimana kita di negara yang mayoritas Muslim bisa menerima pancasila sebagai dasar negara. Bahkan Muhammadiyah menyebutnya negara ini sebagai darul ahdi wa syahadah. Yang terbentuk atas hasil konsensus seluruh golongan tanpa membedabedakan,” tuturnya pasca pertemuan dengan 23 Dubes UE.

Haedar pun mencontohkan bagaimana toleransi yang mampu dibangun di daerah minoritas Muslim seperti di Bali an daerah-daerah lainnya.

Tidak berbeda dengan Muhammadiyah ketika ditanya bagaimanakan peran Muhammadiyah dan Islam dalam perkembangan Indonesia di masa depan. Muhammadiyah yang hadir di berbagai pelosok daerah dengan amal usahanya khususnya rumah sakit dan sekolah tidak pernah membedakan suku, ras dan agama. Di wilayah Timur contohnya, sekolah-sekolah Muhammadiyah membukakan pintu yang lebar bagi masyarakat non Muslim yang ingin menimba ilmu di sekolah ataupun perguruan tinggi Muhammadiyah. Diketahui bahkan 90% mahasiswa di PTM yang tersebar di wilayah Indonesia Timur adalah non Muslim.

“Kita hidup dalam suasana berdampingan itu,” tukasnya.

Bagi Haedar, hal tersebut menjadi bukti bahwa selama 70 tahun Indonesia telah hidup dalam pluralitas dan mampu menyerap asas Demokrasi dan HAM lebih dari negara lainnya. Walupun layaknya negara-negara lain yang memiliki komposisi masyarakat yang majemuk, pastinya akan selalu menghadapi masalah. Namun, baginya, hal ini bukanlah sebuah penghalang.

“Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa, kita selalu bisa dan berusaha menyelesaikan masalah,” lanjut Haedar.

Dalam kesempatan yang sama, utusan UE dan PP Muhammadiyah pun membicarakan prospek kerjasama yang mampu dibangun antara keduanya. Melihat, kiprah Muhammadiyah melalui pendidikan, kesehatan dan juga peran-perannya di tatanan perdamaian global. Oleh karenanya, ke depan keduanya akan mengintensifkan relasi yang bisa dijalin melalui forum-forum dialog antar agama, pembangunan SDM melalui kerjasama pendidikan, seminar-seminar Internasional serta agenda yang mempu memberikan solusi atas problem global, juga kunjungan antar negara.

“Rencananya, pada bulan April Muhammadiyah juga akan melakukan dialog dengan berbagai kalangan di Roma. Bahkan mereka juga kita undang ke satu dua universitas kita di wilayah Indonesia Timur. Karena Muhammadiyah berbicara pluralism itu bukan di tatanan wacana namun mempraktekkannya,” tandas Haedar Nashir (Th).

Exit mobile version