Isngadi Marwah Atmadja
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah
Pada hari ini tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur kepada Allah SwT. Hanya karena karunia-Nya lah kita bisa berkumpul dan di tempat yang mulia ini. Hanya karena anugerah-Nyalah kita masih bisa menghirup nafas kehidupan. Hanya karena kasih-sayang Allah sematalah kita, umat manusia ini diberi kesempatan untuk memakmurkan bumi yang dihamparkan Allah Yang Mahapengasih.
Dalam surat Al Baqarah (2) ayat ke-30 yang tadi kita baca di awal khutbah, secara jelas Allah SwT menyatakan kalau diciptakannya manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah yang diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Bukan untuk merusak bumi dan menumpahkan darah sebagaimana yang dikhawatirkan oleh para malaikat.
Walau begitu, tidak semua manusia selalu ingat tujuan penciptaan dirinya. Banyak di antara manusia yang jatuh menjadi makhluk terkutuk sebagaimana yang dikhawatirkan para malaikat Banyak di antara manusia menjadi mempergunakan ilmu pengetahuan yang dianugerahkan Allah menciptakan kekacauan dan kerusakan di dunia serta untuk saling menyakiti dan membunuh sesamanya.
Padahal ilmu pengetahuan adalah satu-satunya pembeda antara manusia dan makhluk Allah yang lain. Ilmu pengetahuan hanya diberikan kepada manusia dengan harapan agar manusia dapat memakmurkan bumi.
Jama’ah shalat Jum’at yang dikasihi Allah
Mayoritas manusia mengangap alam sebagai lahan untuk dikuasai dan ditakhlukkan. Manusia seperti ini mengeksploitasi alam semau mereka. Barang tambang di perut bumi dikuras habis tanpa mempertimbangkan dampak buruknya. Hutan digunduli semau hatinya. Menguras ikan laut tanpa mempedulikan kelanjutannya. Semua yang ada di dunia se akan mau dihabiskan satu hari itu juga.
Sifat manusia yang sangat serakah karena merasa mampu menakhlukkan alam ini sangat jelas dilihat pada diri manusia modern, terutama pada zaman setelah ditemukannya mesin uap yang menjadi awal dari revolusi industri dan zaman modern. Catatan kerusakan alam parah juga dimulai dari masa awal revolusi industri ini sampai sekarang. Dengan berdalih membangun dunia mereka telah merusak dunia, menghancurkan keseimbangan alam dan mengacaukan tatanan ekosistem.
Dalam lapangan sosial juga hampir sama, dengan alasan membangun peradaban banyak di antara manusia yang malah merusak tatanan yang seharusnya. Misalnya dengan nama Hak Asasi Manusia, banyak orang menuntut diperbolehkannya membunuh bayi dalam kandungan ataupun menuntut diperbolehkannya zina.
Namun ada pula yang bertindak sebaliknya, dengan mengusung jargon syariah malah mengakali hukum Islam untuk menuruti hawa nafsunya. Poligami dan menceraikan isteri memang tidak dilarang oleh Islam, tetapi apakah elok kalau setiap bulan kita menikah dengan wanita yang berbeda untuk kemudian diceraikan dalam hitungan hari?
Tampaknya manusia-manusia seperti inilah yang disindir Allah dalam ayat ke-11 surat Al-Baqarah yaitu tidak tahu lagi bedanya merusak dan memperbaiki.
وَاِذَا قِيلَ لَهُم لآ تُفسِدُوا فِى الاَرضِ قآ لُوا اِنَّمآ نَحنُ مُصلِحوُنَ
Artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”.
.Jama’ah shalat Jum’at yang dikasihi Allah
Dalam suatu hadits Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
Hadits ini dapat dijadikan acuan bagaimana tugas kekhalifahan manusia di bumi ini dapat ditunaikan. Yaitu hanya memakan sesuatu yang bersih. Bersih di sini dimaknai dengan sesuatu yang jelas kehalalannya. Manusia yang beriman dan sadar akan tugasnya sebagai khalifah di bumi hanya akan mengambil sesuatu yang memang menjadi haknya dan tidak akan menguasai hak orang lain. Seperti lebah yang hanya memakan sari bunga tanpa mau mengganggu komponen bunga yang lain.
Dengan hanya memakan sari bunga, bakal buah yang tersimpan di bunga dapat meneruskan proses hidupnya untuk menjadi buah yang dapat dimanfaatkan makhluk lain. Keseimbangan alam juga akan terus terjaga. Orang beriman selayaknya tidak mengganggu hak orang lain dan bahkan harus memastikan hak orang lain sampai kepada yang berhak.
Sifat lebah kedua yang disebut dalam hadits itu adalah mengeluarkan sesuatu yang bersih yaitu madu. Orang beriman selayaknya juga hanya memproduksi hal yang baik dan bermanfaat bagi sesama makhluk. Seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia beriman harus membawa manfaat bagi kehidupan.
Orang beriman harus senantiasa berhati-hati agar semua yang keluar dari dirinya baik yang berwujud tulisan, perkataan, dan perbuatan tidak menjadi racun peradaban, tetapi berusaha agar semua yang dikeuarkannya itu adalah madu peradaban yang bisa dimanfaatkan oleh semua makhluk di muka bumi.
Sifat lebah ketiga yang disebut dalam hadits itu adalah Tidak pernah merusak. Lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak layak merusak apa pun yang ada di muka bumi ini. Kalau dia datang ke suatu tempat tidak akan membuat berisik dan mengacaukan tatanan yang sudah ada. Apa yang sudah baik akan dibiarkan tetap menjadi baik.
Tidak merusak dan tidak mematahkan dahan serta ranting yang dipijak ini juga berarti Lebah adalah hewan yang tidak suka mencari perkara atau membuat gara-gara dengan makhluk yang lain. Kesantunan Lebah ini dilakukan bukan karena Lebah merupakan hewan yang lemah dan penakut, dia tidak mau mengganggu tetapi juga tidak mau diganggu. Kalau ada makhluk lain yang kurangajar merusak sarangnya maka Lebah akan membalas dengan sengatannya.
Orang beriman pasti tidak akan mengumbar sengatnya tanpa sebab yang jelas dan juga tidak akan menggunakan sengatnya secara tidak bertanggung jawab. Orang beriman pasti tidak akan menyakiti sesamanya, tetapi kekuatan dan sengatnya itu hanya akan digunakan untuk melindungi sesamanya..
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ لَِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH 2
اَلْحَمْدُ ِللهِ وَ الشُّكْرُ لِلّهِ وَ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ، نَبِـيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَليَ آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريْـكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْـدُ فَيَاأَيـُّهَا اْلإِخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. . قالَ اللهُ تعالى فِى الْقُرْءآنِ الْعَظِيْمِ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (١٢) فَكُّ رَقَبَةٍ (١٣)أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ (١٤) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ (١٥) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ (١٦) ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (١٧) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (١٨) وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (١٩) عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ
Jamaah Jum’at yang berbahagia dan dimuliakan Allah
Dalam surat Al- Asyr Allah mengingatkan kepada kita semua untuk senantisa saling berwasiat dalam menaati kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran. Dalam surat Al- Balad Allah juga mengingatkan untuk saling saling berwasiat dalam kesabaran dan berkasih sayang. Apabila kita saling memberi nasehat, maka kita berhak untuk berharap terhindar dari sindiran Allah sebagai manusia yang tidak bisa membedakan antara merusak dan memperbaiki.
Akhirnya marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa kepada Allah SwT dengan penuh kekhusukan dan ketundukan, semoga Allah SwT berkenan memberi kesempatan kepada kita untuk mensyukuri hidayah iman dengan terus beramal shaleh memakmurkan bumi dengan cara yang diridlai-Nya dan semoga kita senantiasa mendapatan lindungan dan karunia-Nya
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَي آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ، وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُم ْوَ اْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَ ارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَ أَرِنَا لْبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا احْتِنَابَه. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَ رِزْقًا طَيِّبًا، وَ عَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ