JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Kapal pesiar kesehatan atau lebih dikenal dengan Klinik Apung Said Tuhuleley yang diinisiasi oleh Lazismu, akan diresmikan Presiden Joko Widodo, pada 24 Februari 2017 di Ambon, bertepatan dengan pembukaan Tanwir Muhammadiyah. Kapal yang dikhususkan untuk pelayanan kesehatan dan kemanusiaan bagi masyarakat Maluku dan Papua ini telah menyentuh air laut untuk yang pertama kalinya pada Jumat dini hari (17/2).
Hal itu sebagaimana dikemukakan Direktur Utama Lazismu, Andar Nubowo. Menurutnya, keberadaan kapal ini berawal dari impian untuk tujuan kemanusiaan. “Semua berangkat dari mimpi, ide dan harapan. Pelan semuanya itu didiskusikan, didesain dan dilaksanakan. Ketika semuanya itu tidak lagi sekedar senarai alam ide, rasa syukur dan kebahagiaan adalah sebuah anugerah terindah. Klinik Apung Said Tuhuleley (KAST) bukan khayalan, tetapi hasil dari mimpi untuk kemanusiaan bersama,” kata Andar.
Akses kesehatan bagi masyarakat miskin mendapat perhatian serius dari Lazismu. Sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional, ikhtiar mewujudkan layanan kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Demi mewujudkan hal itu, Lazismu mengadakan Klinik Apung Said Tuhuleley sebagai “floating clinic”, yang diharapkan menjadi solusi dari permasalahan layanan kesehatan di Maluku. Ini juga merupakan bagian dari penerapan program-program Lazismu di daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal).
Andar mengatakan, Klinik Apung ini merupakan klinik pertama yang digagas Lembaga Amil Zakat Nasional Lazismu. “Dilengkapi fasilitas ruang tindakan (medis), ruang pemeriksaan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang selama ini tidak terjangkau di Maluku,” katanya.
Pemilihan Maluku sebagai tempat berlabuh bukannya tanpa alasan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2014, Maluku merupakan propinsi dengan jumlah tenaga kesehatan terendah, yakni hanya 1% dari total jumlah tenaga kesehatan se-Indonesia.
Klinik Apung Said Tuhuleley ini nantinya akan beroperasi untuk memberikan layanan kesehatan secara cuma-cuma kepada masyarakat pesisir atau pulau-pulau di Maluku. Sesuai dengan kondisi geografisnya.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Kebencanaan dan ZIS, Hajriyanto Y. Thohari menuturkan, Maluku memiliki banyak pulau kecil dan terpencil yang harus ditempuh dengan jarak yang cukup jauh. “Pengadaan Klinik Apung ini akan sangat membantu masyarakat terpencil dalam mendapatkan pelayanan, baik kesehatan maupun pendidikan,” katanya.
Penamaan ‘Said Tuhuleley’ juga merupakan pilihan yang berangkat dari landasan yang kuat. Semasa hidupnya, Said Tuhuleley dikenal sebagai ‘pejuang kaum marginal’ di lingkungan Muhammadiyah dan merupakan Putra Maluku asli, Saparua lebih tepatnya. “Pak Said Tuhuleley, guru sekaligus tokoh Maluku, terus menginspirasi bangsa ini untuk peduli dan berbagi terhadap sesama,” kata Andar.
Hajriyanto menambahkan, semasa menjadi Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah hingga berpulang ke rahmatullah pada 9 Juni 2015 lalu, Said gigih menjalankan berbagai program peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, melanjutkan kiprah Moeslim Abdurrahman.
Tidak hanya masyarakat miskin yang berduka dengan meninggalnya Said. “Muhammadiyah pun merasa kehilangan kader terbaik yang getol membumikan konsep ‘dakwah sosial’ dalam praktik sehari-hari itu,” paparnya. Untuk menghidupkan semangat melayani kaum dhuafa, Muhammadiyah menetapkan ‘Said Tuhuleley’ sebagai nama klinik apung.
Klinik Apung ‘Said Tuhuleley’ dirancang di atas sebuah kapal dengan panjang keseluruhan 15 meter dan lebar 3,50 meter. Klinik Apung ‘Said Tuhuleley’ akan dilepas keberangkatannya oleh Hajriyanto Y. Thohari, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang disaksikan langsung Ketua Badan Pengurus Lazismu Hilman Latief, jajaran ketua pimpinan pusat Muhammadiyah, mitra-mitra Lazismu dari perusahaan, perbankan dan amal usaha Muhammadiyah. Pantai Mutiara sebagai titik awal perjalanannya menuju Maluku selama tujuh hari.
Pembuatan Klinik Apung ‘Said Tuhuleley’ menelan dana sekitar Rp 2 miliar. Sumber dana pembuatannya diperoleh dari masyarakat yang telah mempercayakan donasinya melalui Lazismu. Ini belum termasuk biaya peralatan serta tim medis dan operasional lainnya.
Lazismu optimis operasionalisasi klinik apung mendapat dukungan dari masyarakat. Selama ini masyarakat terbukti selalu mendukung program Lazismu yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa. (Ribas)