YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) DIY kembali mengadakan Kajian Malam Sabtu (KAMASTU) pada Jum’at (17/02/17). Hampir seratusan lebih jama’ah menghadiri kajian rutin yang dilaksanakan di aula Gedung PWM DIY ini.
Ketua Divisi Tafsir Al-Quran Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Dr Muhammad Amin, Lc, MA hadir sebagai narasumber pada kajian bertajuk “Behind the Scene of Tafsir At-Tanwir”. Sebagaimana diketahui bahwa PP Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid telah melaunching Tafsir At-Tanwir yang merupakan karya ulama-intelektual Muhammadiyah.
“Tanwir itu dapat diartikan sebagai pencerahan. Jadi Tafsir At-Tanwir ini juga diharapkan dapat memberi pencerahan. Al-Qur’an sebagai hudan lil-muttaqin, petunjuk bagi orang yang bertaqwa, juga di sisi lain sebagai hudan lin-naas, petunjuk bagi manusia. Maka mudah-mudahan tafsir ini juga memberi pencerahan bagi manusia secara umum”, tutur Muhammad Amin.
Secara latar belakang, tutur Amin, penyusunan tafsir ini merupakan amanah muktamar Muhammadiyah satu abad. Di samping itu juga ada beberapa tujuan, yaitu: Pertama, memenuhi aspirasi warga Muhammadiyah yang menginginkan adanya tafsir dari ulama, cendikiawan dan tokoh Muhammadiyah; Kedua, untuk menjadi tuntunan bagi masyarakat Islam, khususnya warga Muhammadiyah; Ketiga, membangkitkan etos ummat dan membangun peradaban untuk Indonesia yang berkemajuan; dan keempat, sebagai bacaan tafsir dalam kerangka visi dan tugas Muhammadiyah.
“Kebanyakan karya tafsir sebelumnya disusun secara individu atau perseorangan. Akan tetapi Tafsir At-Tanwir ini disusun secara kolektif. Sehingga ia merupakan ijtihad jama’i, sebagaimana kebiasaan di Muhammadiyah”, papar narasumber yang termasuk tim penyusun Tafsir At-Tanwir.
Kemudian secara metode, lanjut Amin, tafsir ini termasuk tafsir tahlili cum tematik. Artinya tafsir ini disusun secara berurutan sesuai urutan mushaf, mulai dari surat Al-Fatihah dan nantinya akan diakhiri dengan Surat An-Nass. Meskipun saat ini baru juz pertama yang sudah diterbitkan. Lalu dari urutan tersebut dikelompokkan menurut tema-tema tertentu.
“Tafsir ini juga memperhatikan konteks, baik dari segi teks, historis maupun sosiologis. Oleh karena itu, di dalamnya juga dimuat sisi munasabah, asbabun nuzul, juga relevansinya dengan masa kini”, kata narasumber yang juga merupakan dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kekhasan tafsir ini dapat dilihat dari sisi responsivitas, membangkitkan dinamika, serta membangkitkan etos, baik etos ibadah, ekonomi, sosial, maupun keilmuan. Meskipun demikian, tim penyusun tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun.
Selanjutnya disebutkan bahwa rujukan pokok tafsir ini ialah Tafsir Al-Manar, karena ada kesamaan dari segi keprihatinan terhadap kondisi, serta ada sesuatu yang harus dirubah dan dicerahkan. Namun kitab-kitab lain semisal tafsir At-Tabari, Ibnu Katsir, serta Al-Kasyaf juga dijadikan referensi. Lalu Dr Muhammad Amin menampilkan contok penafsiran dalam Tafsir At-Tanwir. Ia juga mengklarifikasi beberapa tuduhan negatif terhadap karya tafsir ini.
“Perbedaan tafsir jangan menjadikan kita menganggap orang lain yang berbeda itu salah. Jika begitu berarti kita menuhankan diri sendiri”, tukasnya. (Rayhan)