YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir sangat mengapresiasi kesungguhan dan ketulusan para warga yang menjadi dampingan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah. Tekad untuk menjadi mandiri dan barokah dalam segala kondisi itu merupakan kekayaan yang sesungguhnya.
“Harta termahal dari kita adalah, kita tidak pernah menengadahkan tangan ke atas. Berapapun yang kita miliki. Ini harta paling mahal dan termahal. Rasulullah menyatakan bahwa tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah,” tutur Haedar dalam acara Pengajian Inspirasi Ahad Pagi Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, dengan tema “Pemberdayaan Wong Cilik dalam Keistimewaan Yogyakarta” di Monumen Serangan Umum 1 Maret, Titik 0 km, Yogyakarta, Minggu (19/2).
Keadaan para dampingan yang mememang teguh kehormatan diri untuk tidak meminta-minta merupakan perbuatan yang sangat mulia. Terlebih di saat banyak orang yang kaya raya tetapi tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Bahkan lebih parah lagi, pekerjaannya hanya ‘meminta’ dan amengambil yang bukan haknya. “Banyak orang-orang yang di atas kerjaannya cuma minta, merebut, dan mengambil punya orang,” kata Haedar.
Haedar sangat mengapresiasi para dampingan yang tidak menggadaikan harga diri untuk meminta-minta. Di tengah keterbatasan, mereka giat berusaha. Di bawah binaan dan pendampingan dari MPM, mereka ingin membuktikan diri untuk bisa mandiri di tengah keterbatasan, baik fisik maupun harta.
“Sementara kita ini semua memperoleh hak kita, apa yang kita hasilkan, dengan keringat kita sendiri, dengan kekuatan sendiri, dengan semangat sendiri. Jadi ini modal paling mahal, paling penting,” ungkap Haedar bangga penuh bangga pada dampingan MPM.
Haedar juga mengingatkan agar para dampingan MPM terus bertekad dan melakukan usaha sungguh-sungguh untuk mengembangkan usahanya. Dengan kerja keras dan sungguh-sungguh, siapa pun bisa meraih kesuksesan. “MPM hanya mendorong, kuncinya di kita semua,” kata Haedar Nashir. (Ribas)