Ini Empat Kunci Keberhasilan Dampingan MPM Menurut Haedar Nashir

Ini Empat Kunci Keberhasilan Dampingan MPM Menurut Haedar Nashir

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan tausiyah di acara Inspirasi Ahad Pagi MPM

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan beberapa pesan penting bagi para kelompok binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah. Hal itu diutarakan Haedar dalam acara Pengajian Inspirasi Ahad Pagi MPM dengan tema “Pemberdayaan Wong Cilik dalam Keistimewaan Yogyakarta” di Monumen Serangan Umum 1 Maret, Titik 0 km, Yogyakarta, Minggu (19/2).

Di hadapan 10 dampingan MPM PP Muhammadiyah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Kabupaten Purworejo itu Haedar mengingatkan empat  hal yang harus menjadi perhatian dari dampingan MPM dalam menjalani usaha.

Pertama, selalu bersyukur dalam berbagai situasi dan kondisi. Menurut Haedar, para dampingan MPM tidak perlu berkecil hati dengan menjadi orang yang dalam pandangan orang ‘kurang beruntung’ atau ‘tidak berkecukupan’. “Allah sangat memberikan perhatian bagi mereka yang kurang beruntung secara duniawi,” kata Haedar.

Ketiga, selalu menemukan inspirasi. Menurut Haedar, inspirasi itu adalah pikiran yang ada dari dalam diri yang kemudian mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dan menghasilkan sesuatu.

“Perlu merenung supaya melahirkan inspirasi. Inspirasi itulah yang mahal. Banyak orang sukses karena punya inspirasi dan kesungguhan tadi,” kata Haedar sambil mencontohkan kesuksesan Chairul Tanjung yang menjadi kaya raya. Chairul Tanjung, kata Haedar dulunya pernah menjadi kernet. Dia menjadi seperti itu melalui proses mujahadah.

Dengan inspirasi, kata Haedar akan ada nilai tambah. Sebagai contoh adalah yang dilakukan petani Surya Tani di Gunungkidul. Kelompok dampingan ini dibina dan didorong untuk tidak menjual singkong hasil panen yang harganya hanya 600 rupiah per kilo. Namun petani dilatih mengolah singkong menjadi tepung mocaf. Tepung hasil olahan itu seharga Rp 30.000-35.000 per kilo.

Keempat, selalu menjaga kebersamaan, semangat gotong royong, dan semangat untuk berbagi. Menurut Haedar kegiatan atau usaha apapun yang dilakukan dan disangga bersama akan menjadi besar dan kuat. “Persaudaraan harus terus dibina,” harapnya.

Haedar juga menyampaikan bahwa belakangan, sikap persaudaraan ini mulai berkurang di negeri ini. Akibat dari menipisnya rasa kebersamaan dan gotong royong ini bisa bermacam-macam, salah satunya adalah terjadinya kesenjangan sosial.

Akibat dari tidak adanya rasa persaudaraan itu, orang menjadi semena-mena memiliki tanah untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan nasib orang-orang di sekitarnya. “Tanah dikuasai oleh segelintir. Ketika bertemu dengan Pak Presiden di istana, Pak Presiden ngomong 1% menguasai 55% tanah dan kekayaan di Indonesia,” kata Haedar. (Ribas)

Exit mobile version