MALANG, Suara Muhammadiyah- Teologi Al-Maun sudah menyatu dalam setiap gerak Muhammadiyah. Nilai-nilai itu sudah selayaknya diterjemahkan dalam beragam gerakan dan program. Islam tranformatif adalah gerakan berbasis teologi Al-Maun yang sudah semestinya dipahami oleh kalangan muda Muhammadiyah sebagai pelanjut gerak Persyarikatan.
Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) mengambil semangat itu sebagai dasar untuk melaksanakan berbagai program dan Short Course pemikiran Islam. Salah satunya adalah yang sekarang sedang dilakukan di Malang. JIMM bekerja sama dengan Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UM Malang dan Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Jawa Timur menghelat Kursus Singkat Pemikiran Islam. Short Course dilaksanakan di Yayasan Al-Muhaimin, Klandungan, Dau, Malang. Kursus singkat selama tiga hari ini merupakan kegiatan yang sudah kesekian kali dilaksanakan JIMM dalam rentang empat belas tahun sejak 2003.
“Kita ingin memperbanyak generasi baru yang memahami bagaimana Islam bisa transformatif,” ungkap Pradana Boy, penggagas Short Course sekaligus presidium JIMM.
Menurut Boy, dengan mengambil tema “Teologi Al-Maun sebagai Basis Islam Transformatif”, kursus singkat ini ingin mendorong nilai-nilai Islam yang transformatif kepada para peserta yang seluruhnya adalah anak muda Muhammadiyan dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Short Course yang diikuti oleh 25 peserta ini mengkaji beberapa materi yang masing-masing dipandu oleh beberapa fasilitator. Di antara materi yang didiskusikan adalah tentang Muhammadiyah dan gerakan intelektual, hermeneutika, peta pemikiran Islam kontemporer, teologi pembebasan, globalisasai dan kebudayaan, dan gerakan sosial baru. Tampil sebagai fasilitator yakni Sutikno, Pradana Boy, Nafi Muthohirin, Muhammad Rokib, Budi Asyhari-Afwan, dan Radius Setiawan.
Boy berharap, kegiatan ini dapat diselenggarakan sekali setiap tahunnya dan melibatkan sebanyak mungkin anak muda Muhammadiyah dalam menanamkan nilai-nilai transformatif Islam. Selain itu, Short Course ini diharapkan akan memiliki arti penting dalam laju gerak Muhammadiyah di abad kedua ini yang semakin fokus pada pemberdayaan dan filantropi.
”Kita akan selalu mencoba untuk semakin memassifkan kegiatan dan gerakan ini. Ini sangat penting untuk perkembangan Muhammadiyah ke depan,” tandasnya (Budi).