PADANG, Suara Muhammadiyah- PW Muhammadiyah Sumbar meresmikan kuliah perdana pendidikan kader ulama Muhammadiyah (PKUM) Sumbar angkatan II di Masjid Taqwa Muhammadiyah, Sabtu, (19/2). Peresmian ini dilakukan Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Buya Firdaus AN.
Buya Firdus AN memberikan apresiasi kepada PPUM yang telah membangun relationship yang baik antara PPUM dengan UMSB sehingga menghadirkan perkuliahan yang berkualitas.
Selain melibatkan UMSB, Kata Fidaus, Banyak respon positif dan keunggulan pengkaderan ulama tahun ini kuliah yang dulunya dua semestaer menjadi 6 semester sehingga pemahaman jauh lebih mendalam, Jadwal perkuliahan yang lebih efektif dari senin-Kamis di UMSB dan Jumat-Sabtu di Masjid Taqwa Muhammadiyah menambah keunggulan pendidikan pengkaderan ulama Muhammadiyah. Selain itu, para lulusan nantnya setelah tamat dikenal dengan spesialisasi ulama Muhammadiyah.
Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sumbar mengharapkan para mahasiswa pengkaderan yang terus berkiprah untuk mewarisi semangat dakwah amal makruf nahi mungkar, dan bisa menjadi corong tabligh bagi hasil putusan majelis tarjih serta bisa menjadi panutan dan tauladan di tengah masyarakatnya.
Direktur PKUM Dasril Ilyas mengatakan Pendidikan Pengkaderan Ulama Muhammadiyah (PPUM) adalah lembaga pendidikan kader yang bertujuan untuk mencetak generasi baru ulama Muhammadiyah. Di masa-masa yang akan datang, ulama Muhammadiyah harus menguasai 4 kompetensi agar mampu membimbing masyarakat dengan kebutuhan dan problematika yang semakin kompleks.
Dasril Ilyas menjelaskan, ada empat kompetensi yang menjadi syarat kader ulama Muhammadiyah di masa kini dan mendatang. Pertama, minimal harus menguasai dengan baik satu cabang ilmu, khususnya ilmu agama Islam. Kedua, harus mempunyai tingkat kesalihan tertentu dalam kehidupan individunya. ketiga, harus memiliki keterlibatan dalam masyarakat, karena ulama berasal dari masyarakat, mengabdi untuk masyarakat dan menjadi pemimpin masyarakat, khususnya dalam hal keagamaan.
Lanjutnya, keempat, menguasai ilmu alat, yakni bahasa, baik itu bahasa Arab karena sumber-sumber rujukan ilmu agama sebagian besar menggunakan bahasa Arab maupun bahasa Inggris karena sebagai gerakan modernis Muhammadiyah harus mampu mengantisipasi globalisasi yang sangat sulit dilakukan tanpa kemampuan bahasa Inggris. Lebih dari itu, ulama Muhammadiyah harus pula mempunyai kemampuan dalam ilmu falak atau hisab.
Walikota padang yang diwakili Bagian Kesra Padang Zulasfi lubis mengharapkan ulama sebagai pewaris para nabi. Penting sekali keberadaannya bagi umat Islam. “Ulama sebagai pewaris nabi harus betul-betuk menjadi contoh tauladan dan menguasai Alquran dan sunnah sebagai pedoman hidup umat Islam,” ujarnya.
Kakanwil Menag Japeri Jarap mengatakan Ulama pewaris para nabis ulama memenuhi kriteria tidak tergoda dengan kehidupan dunia. “Ulama ini jangan sampai tergoda dengan kehidupan dunia, betul-betul menjadi suluh penerang,” katanya (RI).