AMBON, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa pada dasarnya modal terbesar yang dimiliki bangsa ini adalah kekuatan batin yang lahir dari dalam. Sementara kekuatan fisik dan militer belum bisa menjamin pertahanan suatu negara.
“Kalau kekuatan batinnya bangsa kita teguh, kokoh, lurus, suci, seperti kata Jenderal Sudirman, maka tidak ada yang bisa menandingi bangsa kita,” kata Haedar dalam Seminar bertajuk “Urgensi Bela Negara Demi Masa Depan NKRI” ini dilaksanakan di Gedung Ashari Alfatah pada Jum’at (24/2).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Suara Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia dalam rangka semarak Tanwir Muhammadiyah, serta sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan dan kepekaan sosial bagi masyarakat umum tentang pentingnya bela negara.
Dalam kesempatan itu, Haedar mengapresiasi keynote speaker Menhan Ryamizard Ryacudu. “Di samping menyampaikan hal-hal mendasar dalam bela negara, yang juga sangat kaya adalah memberi nilai-nilai ruhani, memberi nilai-nilai spiritual. Inilah menteri pertahanan dan keamanan kita yang di samping menguasai urusan pertahanan dan keamanan, tapi juga urusan batin, urusan yang paling dalam,” kata Haedar.
Haedar juga menyampaikan bahwa ada beberapa musuh bersama dari negara. Musuh itu harus dilawan secara bersama. Pertama, teroris. “Teroris itu bukan bagian dari kita, siapapun kita baik dalam konteks agama, suku, ras, golongan atau apapun. Teroris itu selalu menciptakan terror atau ketakutan,” tutur Haedar.
Menurut Haedar, ada beberapa kategori teroris. Ada teroris yang mengatasnamakan agama. Padahal radikalisme itu bukan urusan agama, tapi bertemalinya agama dengan kepentingan lain. Ada teroris politik yang menghancurkan tatanan dengan melacurkan pemikiran dan oportunistik.
“Ada juga teroris ekonomi. Yaitu pelaku-pelaku yang bisa menguasai Indonesia. ia tak pernah merasa iba terhadap penderitaan rakyat. Yang penting ia keruk keuntungan sebesar-besarnya untuk keuntungan dirinya,” urai Haedar.
Musuh kedua adalah koruptor. Koruptor itu, kata Haedar, seperti rayap tapi menghancurkan bangunan. Haedar mengajak siapapun untuk melawan koruptor dari hal-hal terkecil.
“Mulailah membangun karakter untuk tidak memperoleh sesuatu dengan jalan yang tidak halal dan tidak baik, meskipun bisa da nada kesempatan. Perkuat karakter kita. Kalau karakter kita kuat insyaallah berkah. Jangan pernah takut miskin karena kita punya kepribadian,” ungkapnya. (Ribas/gsh)