Oleh : Mutohharun Jinan
Asas manfaat sering kali menjadi dasar untuk mengesahkan dan membatalkansuatukejadian.Ada yang menentukan hokum suatu perbuatan terlarang atau dibolehkan, baik atau buruk, dengan salah satu pertimbangannya dilihat dari seberapa manfaat yang dihasilkan. Asas manfaat juga sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, antara lain dalam menjalin hubungan dan kerjasama antara seorang dengan orang lain. Dalam hal ini, pertanyaan yang lebih dahulu muncul biasanya, apa manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh dari orang lain untuk dirinya dalam hubungan dan kerjasama itu. Hanya sedikit yang berfikir manfaat apa yang akan diberikan kepada orang lain.
Memang, secara sederhana dapat diklasifikan tipe-tipe orang yang mengambil manfaat dalam pergaulan hidup sehari-hari. Tipe yang pertama, orang yang hidup untuk memuaskan diri dan manfaat untuk diri sendiri, sehingga apapun yang dilakukan atas kalkulasi keuntungan dan manfaat untuk dirinya. Orang yang tergolong dalam tipe ini terindikasi dari gejala keengganan memberikan kemampuan dan keahliannya untuk kemajuan lingkungan sosialnya, dan cenderung apatis terhadap segenap aktivitas sosial yang non-profit. Bingkai aktivitas sosialnya selalu traksaksional, setiap aktivitas digerakkan oleh keuntungan secara pribadi baik yang bersifat finansial, material, dan moral-spiritual. Akibat lebih jauh, orang ini akan merasa bahwa semua keuntungan usaha hanyat atas jerih payah sendiri dan melupakan asal mula rizki atas pemberian Allah. Allah menyebut orang pada tipe ini sebagai bakhil (QS. Al-Hadid/57: 23-24)
Kedua, orang yang pasif dalam memberikan manfaat pada orang lain. Meningkat sedikit dari tipe sebelumnya, tipe kedua ini biasanya bersikap menunggu ajakan atau dorongan orang lain untuk melakukan aktivitas sosial, menunggu digerakkan bukan berinisiatif menggerakkan orang lain dalam membangun masyarakat dan lingkungannya. Terkadang merasa senang bila oranglain tidak mengingatkan atau mengajaknya melakukan kebaikan. Misalnya, enggan bersedekah atau membayar infak oleh karena tidak disodori proposal atau dimintai. Enggan melaksanakan tugas-tugas sosial-kemasyarakatan di lingkungannya karena tidak digerakkan oleh pimpinannya. Spirit fastabiqulkhairat (berlomba-lombadalamkebaikan) tidak sedikitpun melekat dalam semangat hidupnnya. Ada kesadaran tentang pentingnya hidup bersama tetapi kesadaran itu tidak kunjung diteruskan dalam bentuk tindakan nyata kecuali ada orang yang menyentak kesadarannya.
Berbeda dengan dua tipe sebelumnya, tipe yang ketiga adalah orang yang senantiasa berusaha memberi manfaat kepada orang lain, ia berada di depan dalam aktivitas untuk kemajuan di masyarakat dan lingkungannya. Segenappengetahuan, kemampuan, kekuasaan, dan keahliannya selalu dikaitkan dengan realitas sehari-hari di masyarakatnya. Secara proaktif, mengajak, menunjukkan, dan berinisiatif menggerakkan diri dan orang di sekitarnya untuk memperbaiki kualitas hidup. Orang yang semacam itu akan selalu memberi inspirasi orang lain melakukan tindakan-tindakan positif dan produktif. Tipe ketiga ini termotivasi oleh sabda Nabi Muhammad saw: “Barangsiapa yang menunjukkan pada kebaikan, baginya pahala seperti orang mengerjakannya“(HR. Malik). Hadits ini mendorong supaya kaum Muslim saling menunjukkan dan mengingatkan untuk berbuat baik serta memberi inspirasi orang melakukan perbaikan.
Menunjukkan kebaikan terhadap orang tidak harus dilakukan dengan banyak kata, berceramah, memerintah ini dan itu. Menunjukkan kebaikan dapat dilakukan dengan perilaku, sikap, dan gerak-gerak sehingga orang lain akan meneladani dan mengambil manfaat dari dirinya. Dari Hadits itu pula dapat dikemukakan istilah Muslim inspiratif, yaitu orang yang penuh dengan semangat memberi dorongan dan menggairahkan orang lain dalam kebaikan. Segala ucapan, tindakan, dan sikapnya merangsang orang lain mengikutinya. Muslim inspiratif digerakkan oleh semangat dan panggilan nurani untuk memperbaiki masyarakat dan lingkungannya. Orang yang tergolong pada tipe ketiga ini mengukur kebahagiaan bukan karena apa yang diaperoleh, tetapi kebahagiaan dan kesuksesan diperoleh karena mampu memberikan manfaat bagi orang lain.
Di antara indikasi elementer Muslim yang inspiratif adalah kehadirannya selalu dirindukan dan menjadikan orang-orang disekelilingnya nyaman dan senang. Tatkala ia jauh sangat ditunggu kepulangannya, tatkala dekat selalu memikat orang disekitarnya. Sungguh beruntung bagi siapapun yang dikaruniai Allah kepekaan untuk mengamalkan aneka pernik peluang kebaikan yang di perlihatkan Allah kepadanya. Beruntung pula orang yang dititipi Allah aneka potensi kelebihan, dan di karuniakan pula kesanggupan memanfaatkannya untuk sebanyak-banyaknya umat manusia. Karena ternyata derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauhmana dirinya punya nilai manfaat bagi orang lain. Rasulullah saw dalam hal ini bersabda, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain” (HR. Bukhari).
Setiap orang bisa memberi inspirasi kabaikan bagi orang lain sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing.Seorang pemimpin menjadi inspirator karena sikap amanah dan adil terhadap bawahannya, seorang pegawai dan pekerja menjadi inspirator karena kejujuran dan ketulusannya, buruh menjadi inspirator karena semangat berkerjanya, guru menjadi inspirasi bagi para murid karena kasih-sayangnya dan seterusnya.