AMBON, Suara Muhammadiyah-Jika dahulu, Presiden Soekarno berkali-kali menyatakan kecintaannya kepada Muhammadiyah, sikap yang hampir serupa ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo. Bedanya, Soekarno menjadi anggota resmi dan pengurus Muhammadiyah pada usia 22 tahun. Ketika dibuang ke Bengkulu, Soekarno mengabdikan diri menjadi aktivis dan guru Muhammadiyah sampai kemudian menikahi Fatmawati yang merupakan putri dari pengurus Muhammadiyah Bengkulu Hasan Din.
Kecintaan Soekarno pada Muhammadiyah bermula dari pertemuannya dengan Kyai Ahmad Dahlan di kediaman HOS Tjokroaminoto di Surabaya. Soekarno terkesan dengan pemikiran Kyai Dahlan dan mendapat pencerahan untuk pertama kalinya tentang agama Islam. “Dalam suasana yang remang-remang itu datanglah Kiai Ahmad Dahlan di Surabaya dan memberi tabligh mengenai Islam. Bagi saya (pidato) itu berisi regeneration dan rejuvenation daripada Islam.” Begitu tutur Soekarno dalam Muktamar Setengah Abad Muhammadiyah tahun 1962 di Jakarta.
Amanat Soekarno itu kemudian diterbitkan dalam buku berjudul ‘Makin Lama Makin Cinta’. Dalam buku tersebut, Soekarno menggambarkan ketertarikannya dengan pemikiran dan pencerahan dari Kyai Dahlan; “Nah, dengan demikianlah makin kuatlah, saudara-saudara, keyakinan saya bahwa ada hubungannya erat antara pembangunan agama dan pembangunan tanah air, bangsa, negara, dan masyarakat. Maka oleh karena itu, saudara-saudara, kok makin lama makin saya cinta kepada Muhammadiyah.”
Kali ini, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menghadiri sidang Tanwir Muhammadiyah di Ambon, Maluku, Jumat (24/2). Ini merupakan kali kedua Presiden Jokowi mengunjungi Ambon dalam dua minggu terakhir di bulan Februari. Sebelumnya, Presiden Jokowi telah melakukan kunjungan kerja dan menghadiri peringatan Hari Pers Nasional di Ambon.
“Jadi, saya dua minggu ini datang ke Ambon, yang pertama karena saya cinta Maluku. Yang kedua, karena saya cinta Muhammadiyah,” kata Jokowi dalam sambutannya di hadapan peserta Tanwir dan tamu undangan.
Meskipun sempat ada yang mempertanyakan keputusan Jokowi untuk menghadiri Tanwir Muhammadiyah kali ini. Jokowi mengaku mantap untuk hadir di sidang Tanwir Muhammadiyah dan menyampaikan pidatonya terkait tema Tanwir ‘Kedaulatan dan Keadilan Sosial untuk Indonesia Berkemajuan’.
Padahal sebelumnya Presiden Jokowi juga sudah menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada Agustus 2015, menghadiri acara Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) pada Mei 2016 di Yogyakarta dan beberapa kali mengundang PP Muhammadiyah ke Istana Negara.
“Ada yang bisikin saya, ‘Bapak kan di Muktamar sudah hadir, masa Bapak di Tanwir hadir?’ Saya mau hadir. Saya jawab saya mau datang,” kisah Jokowi. “Ya, di Muktamar hadir, di Tanwir hadir juga ya enggak apa-apa,” tutur Presiden Jokowi.
Jokowi menilai Muhammadiyah menjadi pembawa misi Islam berkemajuan dan menjadi kekuatan transformatif bagi umat dan bangsa. Kerja-kerja Muhammadiyah telah melahirkan tata kehidupan yang lebih baik dalam segala bidang. Terutama bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pelayanan social.
“Saya percaya kalau misi Indonesia berkemajuan ini akan menjadi sebuah kekuatan yang harus kita jaga terus. Dan kalau komitmen ini kita jaga terus, kalau kita bersama-sama bergotong royong, kita akan dapat mewujudkan masyarakat yang beradab, maju, berdaulat, dan berkeadilan,” ujarnya. (Ribas/Foto: Dwi Agus)