AMBON, Suara Muhammadiyah-Hari ini (25/2), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir sedang mengalami peristiwa bersejarah dalam hidupnya. Tepat pada 25 Februari 1958, sosok aktivis santun dan akademisi anggun itu dilahirkan di Bandung Jawa Barat.
Tanpa ada perayaan meriah. Pada hari ini, Haedar Nashir menjalani aktivitas seperti hari-hari biasanya. Bahkan, jadwalnya bisa dikatakan melebihi kesibukan biasanya. Sebabnya, organisasi yang dipimpin Haedar, Persyarikatan Muhammadiyah saat ini sedang mengadakan hajatan besar di Ambon, Maluku.
Adalah sidang Tanwir I Muhammadiyah di periode kepemimpinan Haedar. Agenda nasional Muhammadiyah ini mendapat apresiasi luas dari pemerintah dan masyarakat. Presiden Jokowi ikut hadir membuka acara. Turut mendampingi Presiden antara lain Menteri Agama RI, Gubernur Maluku, Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, Sekretaris Kabinet, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agraria dan Tata Ruang, Panglima TNI dan Kapolri.
Kehidupan Haedar lebih banyak dihabiskan dalam kegiatan organisasi dan dunia kampus. Dengan itu, daya kritis serta nalar social dan kemanusiaannya terus terasah. Haedar muda tumbuh menjadi sosok yang gemar membaca, menulis, dan berorganisasi.
Dedikasi dan kesetiaannya pada Muhammadiyah tak perlu diragukan. Sejak masih pelajar, Haedar sudah berkiprah di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Haedar juga pernah menjabat sebagai sekretaris PP Muhammadiyah di bawah kepemimpinan Ahmad Syafii Maarif.
Sebelum menjadi ketua umum PP Muhammadiyah, suami dari Siti Noordjannah Djohantini ini mengabdikan diri sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Hingga kini, ia menjadi Pimpinan Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah. Berbagai esai dan artikelnya bisa dijumpai di setiap edisi Majalah Suara Muhammadiyah. Dia juga menulis di beberapa media nasional dan local. Gagagsan pemikirannya lahir dari proses renungan reflektif.
Tak hanya itu, belasan karya berbentuk buku juga telah diterbitkan. Di antaranya Budaya Politik dan Kekuasaan (1997), Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern (1997, 1999), Pragmatisme Politik Kaum Elit (1999), Perilaku Politik Elit Muhammadiyah (2000), Dinamika Politik Muhammadiyah (2001), Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah (2001), Ideologi Gerakan Muhammadiyah (2002), Islam dan Perilaku Pemeluknya (2002), Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah (2006), Manifestasi Gerakan Tarbiyah (2006), Gerakan Islam Syariat: Reproduksi Salafiah Ideologis di Indonesia (2007), Kristalisasi Ideologi dan Komitmen Bermuhammadiyah (2009), Muhammadiyah Gerakan Pembaruan (2010)
Muhammadiyah Abad Kedua (2011), Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Kebudayaan (2012), Ibrah Kehidupan: Sosiologi Makna Untuk Pencerahan Hidup (2013), Dinamisasi Gerakan Muhammadiyah (2015), Gerakan Islam Pencerahan (2015), Muhammadiyah A Reform Movement, UMS (2015) Understunding The Ideology Of Muhammadiyah. (Ribas)