Haedar Nashir Resmikan Gedung KH Sudja’ RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah meresmikan gedung baru milik PKU Muhammadiyah Yogyakarta di Jl Bhayangkara No. 9 Yogyakarta, Rabu (1/3). Bangunan yang akan dimanfaatkan sebagai gedung administrasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tersebut diberi nama Gedung KH Sudja’ sesuai dengan nama tokoh inisiator PKU Muhammadiyah.

Penamaan gedung tersebut dinilai oleh Haedar tepat sebagai bentuk penghargaan atas pengkhidmatan tokoh-tokoh pendahulu Muhammadiyah. KH Sudja’ sendiri merupakan murid yang dididik secara langsung oleh Kiai Dahlan dan diamanahi menjadi Ketua Majelis atau dulu disebut dengan Bahagian PKO pertama. Pemikiran dan ide KH Sudja’, yang banyak menunjukkan perhatiannya kepada hal kesehatan dan kesejahteraan, terang Haedar, turut menjadi masukan bagi Kiai Dahlan dalam merumuskan asas PKO. Termasuk dengan merintis klinik dan poliklinik di tahun 1923.

“Dengan adanya gedung ini, bukan hanya nama Kiai Sudja’ saja yang kita kenang. Namun mampu menjadi inspirasi bagi warga Muhammadiyah untuk menjadikan Islam sebagai Dinul Amal. Sehingga masyarakat dan umat mampu hidup berkecukupan, dimulai dengan sehat jasmani dan rohani,” tutur Haedar.

Gedung KH Sudja’

Dari sanalah, tegas Haedar, semangat al-Maun sebagai landasan gerak sosial Muhammadiyah yang memiliki sifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan mereka yang lemah atau Mustadhafin.

“Spirit al-Ma’un membuat kita paham bahwa Islam yang memusatkan kepada tauhid, kita mengenal yang disebut sebagai Tauhid pembebasan. Yang menegaskan bahwa Islam menjadi agama pembebasan,” tutur Haedar.

Haedar pun menyayangkan, banyak dari umat Islam yang merasa paling baik Islamnya namun belum memiliki kesadaran terhadap kaum mustadafin. Sembari mengutip ayat dari surat al-Maun yang menyebutkan istilah ‘Pendusta Agama’, Haedar menerangkan bahwa pendusta agama adalah adalah mereka yang rajin beribadah dan merasa paling baik dalam beragama, namun, abai dengan orang miskin, anak yatim, dan mereka yang malang nasibnya.

“Jangan merasa paling Islami sebelum kita membela kaum miskin dan mustadhafin,” pesan Haedar.

Dengan itu, Haedar berpesan bahwa sudah seharusnya, spirit al-Maun harus menjadi visi dan misi dalam memberikan pelayanan dan menjadi jiwa bagi seluruh karyawan rumah sakit yang menjadi warisan langsung dari kiprah pendiri Muhammadiyah dan KH Sudja’. Bukan sekedar atribut yang kerap digaungkan namun tidak merasuk ke dalam jiwa para penerus dan penggeraknya.

“Walaupun prosesnya tidak mudah, kesadaran al-Maun harus lahir dari nurani kita. al-Ma’un harus hidup di dalam hati seluruh tenaga kesehatan di RS PKU Muhammadiyah dalam melayani umat,” tegasnya.

Gedung KH Sudja’ yang memiliki luas sekitar 800 m2 diresmikan penggunaannya setelah satu bulan proses renovasi. Ke depan, bagian muka gedung ini akan dimanfaatkan untuk area parkir kendaraan beroda dua para pengunjung RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Direktur PKU Muhammadiyah Yogyakarta pun mengharapkan dengan keberadaan bangunan tersebut, mampu mendukung pengembangan mutu dan kualitas RS PKU Muhammadiyah dalam melayani masyarakat.

“Dengan perkembangan PKU Muhammadiyah yang sedemikian rupa, sudah seharusnya kami menambah lahan dan bangunan,” tutur dr Joko.

Dalam kesempatan tersebut, PKU Muhammadiyah Yogyakarta turut menyerahkan Piagam Monumental kepada ahli waris dari KH Sudja’ yang diwakili oleh Mukti Fajar.

 

Penyerahan Piagam Monumental oleh Direktur PKU Muhammadiyah Yogyakarta kepada ahli waris yang mewakili keluarga KH Sudja’

Peresmian gedung yang juga dibarengi dengan pencanangan Hari Bermuhammadiyah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tersebut dihadiri oleh jajaran RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Ketua BPH RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Prof Zamroni, Direktur PKU Muhammadiyah Yogyakarta dr Joko Murdiyanto, dan karyawan RS PKU Muhammadiyah lainnya (Th).

Exit mobile version