SLEMAN, Suara Muhammadiyah-Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu menemui ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1998-2005, Ahmad Syafii Maarif, Ahad (5/3). Pertemuan itu berlangsung di kediaman Buya Syafii Maarif, komplek perumahan Nogotirto, Gamping, Sleman. Sebelumnya, Menteri Pertahanan juga menemui ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan ketua umum PP Aisyiyah Noordjannah Djohantini.
Dalam kunjungannya ke Yogyakarta, Menhan membicarakan tentang berbagai persoalan kebangsaan, serta membahas program kerja sama bela negara antara Kemenhan dan PP Muhammadiyah. “(Tentang) Bela negara, karena dengan Muhammadiyahh ada MoU, jadi tidak sekedar MoU tapi dilaksanakan,” ujar Ryamizard di kediaman Buya, membeberkan hasil pertemuan itu.
Menurut Menhan, organisasi kemasyarakat yang ada di Indonesia menjadi pihak yang penting untuk disadarkan akan kewajiban bela negara. Institusi yang dipimpinnya terus melakukan berbagai pelatihan bela negara. Selama menjabat sebagai Menhan, sudah 17 ribu orang yang sudah menjalani bela negara dari total 77 ribu orang.
Program bela negara, kata Menhan, bisa dipahami secara luas. Termasuk terkait dengan program kegiatan kepemudaan yang positif. Pramuka salah satunya. Karena dianggap mengajarkan tentang nasionalisme dan semangat berbangsa. “Pramuka itu juga bela negara, totalnya sudah 77 juta. Ini bukan dari nol ya,” ujarnya.
Sementara itu, Buya Syafii Maarif menyampaikan bahwa negara tak boleh kalah dengan pihak-pihak yang membuat gaduh. Menurutnya hukum harus ditegakkan secara adil. Pemerintah harus berkomintmen untuk menegakkan keadilan dan kedaulatan hukum.
Buya Syafii juga mengapresiasi kiprah Menhan selama ini dalam menjaga kedaulatan bangsa dari berbagai ancaman, internal dan eksternal. “Dia (Menhan) adalah prajurit sejati. Dia tidak terkontaminasi dengan tarikan politik. Lurus. (Saran saya) Semua, bangsa dan negara, yang radikal harus disadarkan, kalau tidak mau sadar, dihukum saja,” tutur Buya Syafii. (Ribas)