JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Kehadiran Raja Salman dari Arab Saudi di Indonesia memiliki arti penting bagi kedua negara. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa kehadiran Raja Salman membawa asa baru. Terutama tentang pandangan masyarakat terhadap Arab Saudi yang identik dengan paham Islam tertentu.
Peradaban Arab tidak bisa dilupakan begitu saja. “Kalau ada yang menilai bahkan cenderung perolok Arab Saudi dan kondisi Timur Tengah seolah Islam itu tidak maju, saya kira itu tidak benar,” kata Haedar ketika memberi pengantar pengajian bulanan PP Muhammadiyah bertema “Diplomasi Arab Saudi dan Masa Depan Moderat di Indonesia” di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah Jakarta, Jumat (10/3).
“Arab Saudi memiliki peran penting dalam perkembangan Islam, menjadi saksi, sehingga seluruh umat Islam di dunia juga harus mempunyai rasa memiliki terhadap Islam di belahan manapun, termasuk memberikan dukungan dan doa untuk negara Islam yang mengalami konflik,” tambah Haedar.
Indonesia dan Arab Saudi, kata Haedar memiliki potensi untuk semakin memajukan peradaban Islam, serta menunjukkan wajah Islam moderat dan berkemajuan. “Bagi Indonesia dengan Arab Saudi, ada tonggak untuk maju bersama, juga ada potensi untuk dapat membangun kontribusi yang saling memajukan antara Indonesia dan Arab Saudi,” tutup Haedar.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi keagamaan di Indonesia juga punya peran yang sama. “Ada kekuatan yang sama antara negara kita dengan Arab Saudi, Indonesia melalui organisasi Islam, yaitu Muhammadiyah dan ormas lainnya dapat bersinergi untuk melahirkan kosmopolitanisme yang moderat, yakni toleran, mampu mengikat ukhuwah dan berkemajuan,” tegas Haedar.
Kehadiran Raja Salman menjadi bukti bahwa Arab juga memiliki paham yang moderat. Mekkah sejak masa lalu menjadi pusat kota kosmopolitan, dan tempat pertautan berbagai latar belakang manusia. “Orang sekarang terbuka kembali bahwa Arab punya peran sejarah penting dalam peta Islam, Arab yang mendunia, kosmopolitan Islam dan membuat puncak Peradaban Islam mendunia,” ujarnya.
“Ada momentum baru antara Indonesia dengan Arab Saudi pada saat ini, kehadiran Raja Salman membuka asa baru bahwa relasi Indonesia dengan Arab Saudi dapat bersinergi untuk memajukan peradaban Islam yang lebih baik,” katanya.
Haedar juga mengingatkan bahwa konflik yang terjadi di dunia Arab dan Timur Tengah tidak berarti bahwa Islam di Timur Tengah sama sekali tidak ada sisi baiknya. “Perang yang ada di Timur Tengah itu tidak ada yang mengharapkan, harusnya sesama umat muslim tidak seperti itu, kita harus menjadikan perang itu sebagai masa lalu dan kemudian bersinergi untuk Islam yang lebih baik, umat Islam di Indonesia juga harus memberikan dukungan,” tutur Haedar. Terpenting, semua konflik itu bisa menjadi pembelajaran bagi masa depan semua umat manusia. (Ribas)