Haedar Nashir: Sudah Bukan Saatnya Kita Bertengkar Hanya Karena Perbedaan Paham dan Berebut Kepentingan

Haedar Nashir: Sudah Bukan Saatnya Kita Bertengkar Hanya Karena Perbedaan Paham dan Berebut Kepentingan

Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam acara Penandatanganan MoU antara PP Muhammadiyah dengan PB Nahdlatul Wathan, Jumat (10/3)

JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dalam momentum penandatanganan MoU antara PP Muhammadiyah dan PB Nahdlatul Wathan, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengimbau kepada umat Islam bahwa sudah saatnya menjalin ukhuwah yang progresif dan konstruktif, bukan bertengkar hanya karena perbedaan paham bahkan merebutkan kepentingan yang tak lagi perlu diperebutkan.

“Itu harus sudah menjadi masa lampau kita. Kerena kalau kita masih berada di tataran ukhuwah karena kita berkonflik, kita akan kehilangan energi,” tutur Haedar saat penandatanganan MoU antara PP Muhammadiyah dengan PB Nahdlatul Wathan di Gedung PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta, Jumat (10/3).

Terjadinya pertengkaran dikarenakan hal tersebut pun menurut Haedar menandakan bahwa kita belum dewasa dalam beragama ataupun bermasyarakat. Dirinya pun prihatin melihat masih banyak terjadi pertengkaran yang terjadi di antara komponen masyarakat bahkan hingga menimbulkan tindak kekerasan, hanya dikarenakan perbedaan paham. Haedar pun mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk mampu memposisikan diri dalam semangat tanawwu dan tasamuh.

“Dengan semangat ini, apa yang terjadi di Sidoarjo, Malang, ataupun tempat lain tidak perlu terjadi. Termasuk perihal rebutan masjid, biarkan itu menjadi warisan masa lampau bagi kita untuk menjadi dewasa,” tegasnya.

Semangat taawun dan tasamuh inilah yang menurut Haedar masuk dalam tatanan ukhuwah progresif. Sehingga, dengan ukhuwah tersebut, Umat Islam akan mampu menghasilkan berbagai amaliyah kolektif yang saling membuahkan kemajuan. Ketimbang terus berkutat dalam pertengkaran dan perselisihan, energi yang dihasilkan dari ukhuwah progresif akan mempu mendorong kepada artikulasi peran Islam dalam hal stretegis di antaranya di bidang ekonomi, politik dan kebudayaan. Selama ini, menurut Haedar kita cenderung masih berputar di tatanan ukhuwah yang pasif.

“Kami ingin ada artikulasi peran Islam di Indonesia ada hal-hal strategis di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Ini memerlukan tugas kolektif bersama. Muhammadiyah tidak bisa sendiri begitu pula yang lain,” kata Haedar.

Haedar pun mengungkapkan bahwa dirinya menginginkan seluruh komponen umat Islam mampu memajukan dirinya di bidang pendidikan, kesehatan, dan bidang lainnya. Di manapun terdapat peluang yang akan memberikan akses dan manfaat untuk umat, maka dirinya mengharapkan sesama umat Islam sudah selayaknua mampu saling mendorong dan tidak perlu saling menghambat.

“Kita harus mulai mengembangkan rasa syukur kita. Kita harus bangga ketika melihat saudara Muslim kita berhasil dan maju. Tidak perlu ada penyakit iri,” tukasnya.

“Generasi baru harus diwarisi dengan alam pikiran baru yang seperti itu, membangun umat secara kolektif dan mewujudkan ukhuwah yang genuine,” tandas Haedar (Th).

 

Exit mobile version