Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi hafal nama Siyono, yang sebelumnya tak terdengar.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu nama seorang perempuan hebat, Suratmi, istrimu yang berani memperjuangkan sesuatu yang tak ternilai, kehormatan, yang sebelumnya tidak terkenal.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan kembali menghadirkan memori publik tentang arti penting keberadaan Komnas HAM yang berkewenangan dan berkeberanian.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi ingat akan seorang Busyro Muqaddas yang turun gunung melead Muhammadiyah “mewakili” kehadiran negara mendukung Komnas HAM menunaikan tugasnya.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu seorang anak muda, Dahnil Anzar Simanjuntak “Panglima” Kokam Pemuda Muhammadiyah yang “bersanding” dengan polisi/densus 88 dalam “mengamankan” penggalian dan (kembali) pemakaman jenazahmu.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu bahwa dokter-dokter fotensik Muhammadiyah dengan gembira “membantu” negara mengotopsi jenazahmu guna meluruskan sejarah bangsa ini bahwa kematianmu bukan karena “kalah” berkelahi dengan polisi/densus 88.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu bahwa ada seorang perempuan hebat, Suratmi, berani menolak “uang duka” Rp.100 juta karena ingin menjaga harga diri dan kehormatan suami dan keluarganya.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu ada PDM Klaten dengan gembira hadir “mewakili” negara memelihara “anak-anak yatim” titipanmu.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu bahwa “pemimpin” di desamu dengan mengatasnamakan tetanggamu pernah menolak jenazahmu dimakamkan di kampungmu sendiri.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan jadi tahu bahwa “lawan kelahimu” katanya sudah “dipecat” dari satuannya.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan mulai “berani” kembali bicara soal penanganan terorisme, bahwa mengidentikkan terorisme dengan agama tertentu adalah narasi keliru.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan tetap menunggu penuntasan laporan isterimu ke polres Klaten agar “lawan kelahimu” juga dihukum secara pidana.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan juga menunggu KPK dan PPATK memastikan asal usul uang Rp.100 juta yang “dititipkan” oleh istrimu ke KPK via Komnas HAM.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan juga tetap menungu kehadiran negara melakukan terapi trauma psikis terhadap anak-anakmu, menjamin pendidikan mereka, sehingga mereka tumbuh kembang dalam damai, tidak mewarisi dendam, dan tentu anti kekerasan.
Karena kepergianmu, dunia kemanusiaan juga menuntut negara menjamin bahwa tidak ada lagi Siyono-Siyono berikutnya di masa yang akan datang.
Akhirnya, teriring do’a dari kami yang pernah menyaksikan otopsimu, semoga engkau husnul khatimah.
Jakarta, 10 Maret 2017
Maneger Nasution
Komisioner Komnas HAM