JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Pusat Muhammadiyah resmi menjalin kerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Wathan di dalam berbagai sektor. Di antaranya adalah dalam hal pendidikan kesehatan dan perluasan dakwah. Penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan di Gedung PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta, Jumat (10/3).
Momentum tersebut bagi Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir merupakan momentum yang sangat konstruktif bagi umat Islam dan juga bangsa.
“Selama ini kami juga sering berkomunikasi dan berukhuwah dengan rekan yang ada di Nahdlatul Wathan. Dengan keberadaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di 12 wilayah insya Allah akan terus berkembang. Semangat yang diusung dari adanya MoU adalah semangat untuk saling peduli dan saling berbagi,” tuturnya.
Kerjasama tersebut juga menjadi penanda bahwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Wathan telah meningkatkan jalinan ukhuwah yang ada di antara keduanya ke tingkatan yang lebih maju dari sebelumnya. Dari ukhuwah yang ada di tatanan pasif menjadi dinamis progresif.
“Ini adalah kesempatan bagi umat Islam. Pengalaman berharga yang kita dapatkan hari ini adalah bahwa ukhuwah tidak hanya berhenti pada tatanan pasif saja, namun tatanan progresif,” imbuhnya.
Sedangkan Ketua Umum PBNW Zainul Majdi mengatakan bahwa Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1912, beberapa tahun terpaut sebelum berdirinya Nahdlatul Wathan di tahun 1937, menjadi mitra yang membukakan pintu lebar bagi Nahdlatul Wathan untuk bekerja dan belajar bersama-sama.
“Nahdlatul Wathan untuk sekala NTB mungkin punya pengalaman yang cukup banyak, tapi tetap harus terus menerus belajar,” ungkapnya.
Zainul Majdi yang kini juga menjabat sebagai Gubernur NTB itu memandang bahwa kerjasama yang disepakati tersebut merupakan hal-hal yang vital dalam membangun umat. Oleh karenanya, ia menyadari bahwa dalam mewujudkannya, perlu adanya kolaborasi seperti juga yang dikatakan oleh Haedar.
“Sektor yang memang disitu umat kita perlu untuk fasilitasi bersama dalam meningkatkan kualitasnya,” sebut Ketua Umum organisasi Kemasyarakatan Islam terbesar di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat tersebut.
Haedar mengharapkan bahwa dengan adanya kerjasama ini, Muhammadiyah dan Nahdlatul Wathan akan mampu memobilisasi potensi-potensi umat islam yang masih tertinggal, untuk menjadi kerja kolektif dalam hal pemberdayaan dan penguatan, dinamisasi dan juga mobilisasi potensi.
“Kami ingin ada artikulasi peran Islam di Indonesia ada hal-hal trategis di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan. Ini memerlukan tugas kolektif bersama. Muhammadiyah tidak bisa sendiri dan yang lain juga,” tandas Haedar Nashir (Th).