MEDAN, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir MSi merasa prihatin dengan kehadiran media sosial yang disalahgunakan sehingga keberadaannya justru menggerus nilai-nilai etika dan moral di masyarakat.
“Saat ini akhlak generasi bangsa semakin hari mengalami kemerosotan di ruang publik. Lebih-lebih dengan kehadiran media sosial yang menggerus etika, sopan santun, kecerdasan, kesadaran, bahkan juga relasi sosial lantaran begitu bebasnya,” tuturnya pada pidato milad yang ke-60 tahun Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, di Auditorium kampus Jalan Mukhtar Basri, Medan, Rabu (8/3).
Haedar menyinggung tentang penistaan agama yang terjadi dan disebarkan melalui media sosial. Menurutnya, agama tidak boleh terpinggirkan oleh siapa pun, karena akan mengganggu nilai-nilai keharmonisan. “Sekali agama direndahkan, dinistakan maka nilai-nilai keharmonisan akan terganggu,” katanya, sembari mengajak para elit partai untuk berpolitik dengan mengedepankan nilai-nilai pancasila.
Ketua Umum PP Muhammadiyah juga menyoroti berbagai problem yang dihadapi Bangsa Indonesia, khususnya terkait kondisi umat Islam, suasana politik dan kehidupan keberagamaan. Menurutnya, umat Islam Indonesia meski mayoritas secara jumlah, namun terpinggirkan secara ekonomi dan politik.
Kondisi ini diibaratkan Haedar seperti orang yang diberi pakaian, tapi tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. “Kalau pakaian yang diberikan tidak sesuai dengan ukuran tubuh seseorang, maka akan mudah robek,” katanya.
Menghadapi berbagai persoalan bangsa tersebut, maka Muhammadiyah hadir untuk ikut terlibat dalam upaya memberikan pemecahan masalah.Melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah ikut andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. “Untuk itu, UMSU bersama PTM di seluruh Indonesia harus hadir dan terlibat aktif dalam upaya pemecahan persoalan bangsa,’ ungkap Haedar. (Qorib/Ribas)