Oleh Siti Noordjannah Djohantini
Suara Muhammadiyah– Aisyiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar maruf nahi munkar, awal pergerakannya dipelopori dan digerakkan oleh Kyai Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan yang didukung dengan para muridnya yakni Siti Bariyah, Siti Dawmah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah. Para pelopor Aisyiyah merintis kiprahnya dilandasi pandangan Islam yang berkemajuan dengan jiwa ikhlas, pengetahuan dan kecerdasan, kesungguhan, serta pengkhidmatan yang tidak kenal lelah. Perjuangan Aisyiyah untuk berjihad dalam memajukan seluruh aspek kehidupan melalui penguatan spiritualitas, akhlak, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sekejahteraan sosial, dan usaha-usaha lainnya yang langsung berkiprah di basis masyarakat (komunita-jamaah) yang akhirnya tersebar di seluruh tanah air.
Dari sejarah dan misi dakwah Aisyiyah itu lahir berbagai macam kegiatan dan amal usaha yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Sebutlah pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, layanan sosial, gerakan keluarga sakinah, qoryah thayyibah, dan lain-lain. Hingga kini apa yang dilakukan Aisyiyah itu memiliki sifat sebagai gerakan praksis. Praksis artinya aktivitas yang didasarkan pada pemikiran-pemikiran yang corak aksi gerakannya bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan umat dan masyarakat. Apa yang dilakukan Aisyiyah tidak hanya langkah-langkah praktis semata, tetapi memiliki idealisme, spirit, dan pemikiran yang melandasinya.
Selama ini apa yang dilakukan Aisyiyah dalam usaha pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi, di samping pembinaan keagamaan, sebenarnya memiliki dasar dalam ajaran Al-Ma’un dan Ai Imran 104. Bahwa usaha-usaha Asyiyah selama ini menjadikan agama sebagai dasar untuk membela kaum lemah (dhu’afa) dan tertindas (mustadh’afin). Aisyiyah juga melakukan berbagai amaliahnya sebagai wujud dakwah amar makruf nahi munkar yang dilakukan secara terorganisasi. Dakwah dan Al-Ma’un tidak berhenti di lisan dan tulisan, tetapi diwujudkan dalam tindakan yang disebut praksis gerakan.
Dalam perkembangan saat ini aplikasi praksis Al-Ma’un dan Dakwah Aisyiyah haruslah bersifat luas yaitu memecahkan masalah-masalah struktural yang dihadapi umat dan bangsa yang sifatnya pencerahan. Gerakan praksis pencerahan dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua mengandung proses dan langkah yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Karena itu praksis gerakan Aisyiyah selain mengandung langkah-langkah aksi yang bersifat operasional, tetapi juga bersifat strategis, sehingga merupakan gerakan yang menyeluruh. Banyak masalah yang dihadapi masyarakat khususnya kaum dhu’afa di berbagai lingkungan sosial di seluruh tanah air Indonesia termasuk permasalahan perempuan dan anak yang memerlukan gerakan praksis sebagai solusinya.
Dalam menghadapi kondisi umat dan masyarakat yang memiliki permasalahan yang kompleks, gerakan Aisyiyah tidak cukup apabila mengandalkan langkah-langkah rutin dan konvensional. Perlu perubahan model dan aksi gerakan yang bersifat praksis-strategis yang disertai kemampuan analisis, pengembangan pemikiran, dan pilihan-pilihan kegiatan yang membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat. Model dan aksi gerakan yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan harus dilakukan melalui pendampingan kepada saudar-saudara kita yang miskin, masyarakat marjinal yang lemah dan tertindas (dilemahkan) oleh stuktur kekuasaan, buruh perempuan dan anak, pendampingan kepada anak-anak terlantar, pendampingan di Lembaga pemasyarakatan perempuan, dan di daerah suku asli melalui dakwah khusus.
Para pimpinan Aisyiyah dalam mengembangkan praksis gerakan memerlukan kreativitas dan dinamisasi khususnya dalam mengembangkan amal usaha, program, dan kegiatan Aisyiyah dengan model-model baru yang dapat menyentuh kondisi dan kepentingan nyata masyarakat. Keberadaan suatu gerakan dapat bertahan dalam berbagai periode zaman antara lain karena kemampuannya dalam memberikan solusi atas masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat di mana gerakan itu berada. Untuk itu, upaya melakukan revitalisasi amal usaha Aisyiyah menjadi sangat penting agar dapat berfastabiqul khoirat denga lembaga lain. Misalnya revitalisasi TK ABA dan lembaga-lembaga pendidikan Aisyiyah, pembaruan model tablig dan pembinaan nilai-nilai Islam. Demikian pula dalam pengembangan model pelayanan sosial (Panti Asuhan) yang non-konvensional, pemberdayaan ekonomi melalui BUEKA yang diperluas hingga ke akar-rumput bagi masyarakat marjinal, dan langkah-langkah praksis-strategis gerakan yang lainnya.
Aisyiyah juga harus terus memperkuat praksis dan strategi gerakan dalam pengembangan program Keluarga Sakinah dan Qoryah Thayyibah. Aisyiyah secara spesifik terus meningkatkan usaha-usaha penguatan nilai-nilai kehidupan yang berbasis pada Keluarga Sakinah dan Qoryah Thoyyibah yang selama ini menjadi fokus model gerakan. Perkembangan Qoryah Thoyyibah di daerah-daerah cukup menggembirakan. Hal ini dapat di tunjukkan dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi melalui kelompok Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA) yang berjumlah lebih dari 4000 kelompok, yang beraktifitas mulai pertanian, peternakan, perdagangan, produksi sabun Melin, makanan,bordir dan lain sebagainya.Untuk mendukung usaha kelompok tersebut dikembangkan kelompok keuangan mikro melalui kelompok simpan pinjam (pra koperasi), Koperasi As Sakinah dan nama lainnya, juga BTM.
Selain itu, Qoryah Toyyibah juga di kembangkan di berbagai daerah pesisir pantai seperti di Jawa Timur di kawasan pantai Kenjeran yang kondisi lingkungannya sungguh memprihatinkan, kotor, kurang tertata, dan tentu kurang sehat namun semangat untuk mengajinya kuat. Kegiatan Keaksaan Fungsional (KF) yakni upaya untuk memelekkan masyarakat dari nir aksara yang dilakukan secara berkelompok termasuk didaerah pantai, pemberdayaan kesehatan bagi perempuan dan anak, pendampingan penderita Tuberkoloses (TB) dengan program Comunity TB Care Aisyiyah bekerjasama dengan mitra Internasional selama 4 tahun dengan daerah kerja dari ujung timur Papua hingga Aceh yang mendapat penghargaan “MDGS Award tahun 2012” dari pemerintah, kesadaran hukum dan pendidikan kewarga negaraan juga menjadi bagian model Qoryah Toyyibah Aisyiyah.
Gerakan praksis untuk kaum dhu’afa juga memerlukan advokasi pada pengambil kebijakan agar selalu memihak kepada kepentingan kaum lemah dan tertindas. Beberapa hal yang telah dilakukan Aisyiyah ialah advokasi untuk anggaran kesehatan bagi perempuan (kesehatan reproduksi), Jampersal, dan lain-lain. Hal itu dilakukan karena permasalahan kesehatan reproduksi perempuan masih memprihatinkan sementara anggaran pemerintah yang dialokasikan masih sangat kecil. Demikian pula untuk bidang-bidang lain yang memerlukan advokasi pada tingkat kebijakan publik.
Gerakan praksis juga penting dalam pembinaan keluarga yang dibingkai nilai-nilai Keluarga Sakinah. Di tengah persoalan-persoalan yang menimpa kehidupan keluarga dan masyarakat seperti kekerasan, perceraian yang meningkat, narkoba, kehidupan seks bebas, korupsi, rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak, rendahnya pendidikan masyarakat miskin, dan berbagai persoalan lainnya diperlukan bangunan kehidupan keluarga yang lebih kuat dari segi dasar moral tetapi mampu menghadapi masalah kehidupan. Untuk itu diperlukan pendekatan dakwah yang lebih humanis, dialogis, dan edukatif. Prinsip bil-hikmah, al-mau’idhatul hasanah, wa jadil-hum billati hiya ahsan yang dipakai dalam berdakwah penting untuk diaplikasikan dalam pembinaan Keluarga Sakinah dan Qoryah Thayyibah.
Aisyiyah tetap istiqamah dan tidak akan pernah berhenti berjuang dalam mengemban misi dakwah dan tajdid melalui gerakan praksis demi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya serta menjadikan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan iman dan kemudahan dalam berjuang di jalan-Nya melalui gerakan Aisyiyah.