YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Riba atau bunga bank hanya sekedar representasi dari pada biaya, yang diwujudkan dalam harga, yang harus dibayar oleh kedua belah pihak secara adil. Hal ini disampaikan Nazaruddin Malik Ekonom dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sekaligus Wakil Rektor 2 di kampus tersebut saat ditemui pada loka karya Gramasurya, Kamis (16/3).
Menurut Nazaruddin, melihat syariah itu tidak sekedar mengandung riba atau tidak, tetapi syariah itu dilihat sebagai proses yang lebih adil, yang tidak mengeksploitasi nasabah. “Itu yang lebih penting, dan inilah esensi syariah,” tegasnya
Bahkan baginya, dengan melihat perkembangan produk perbankan syariah yang sedemikian rupa, bunga pada bank konvensional itu penerjemahanya ada pada wujud biaya yang harus ditanggung oleh kedua belah pihak. Yaitu pihak manajemen bank syariah sendiri dengan nasabahnya yang dibagi secara adil. “Maka yang terpenting bagi Muhammadiyah, jika ingin mendirikan perbankan syariah, adalah berpegang kepada idealisme gerakan sosial keagamaan,” ucap Nazaruddin.
Landasan filosofis gerakan Muhammadiyah itu, lanjutnya, kemudian diterjemahkan sebagai upaya untuk membangun literasi keuangan di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya pada mikro banking yang berbasis syariah.
Sebenarnya, Nazaruddin memaparkan, pola perhitungan bank syariah itu standar, sesuai kaidah perhitungan perbankan secara umum, sesuai kaidah aturan keuangan, tetapi harus dimodifikasi ke dalam produk-produk syariah.
Jadi, kata Nazaruddin, jika ongkos yang harus dibayar oleh nasabah kemudian dibebankan kembali kepada pengelola, untuk dikembangkan secara berkelanjutan, ini merupakan esensi dari bank syariah. “Jika dikembangkan secara berkelanjutan dan mampu menaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat, maka ini juga yang dimaksud sebagai salah satu unsur syariah itu,” tuturnya.
Sedang Haedar Nashir Ketua Umum Pimpina Pusat Muhammadiyah saat diwawancarai baru-baru ini mengatakan, melihat realita yang ada, konsep ekonomi syariah selama ini belum jelas keberpihakanya.
Menurut Haedar, ketidakjelasan keberpihakan ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah itu sangat nampak sekali. “Apakah berhaluan kapitalis atau sosialis,” tanyanya (rif/gsh).