Baitul Arqom Pimpinan, Kembangkan Potensi Antar Cabang

Baitul Arqom Pimpinan, Kembangkan Potensi Antar Cabang

BOJONEGORO, Suara Muhammadiyah-Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro (MPK-PDM) menggelar Baitul Arqom Pimpinan Cabang. Kegiatan yang diikuti oleh utusan dari pimpinan harian Pimpinan Cabang, Organisasi Otonom tingkat cabang, dan kepala AUM tingkat cabang tersebut berlangsung dari 15 Januari hingga 5 Maret 2017.

Baitul arqom pimpinan cabang oleh MPK PDM tahun 2017 terbagi dalam beberapa zona. Hal ini dimaksudkan untuk memetakan potensi sekaligus mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi cabang secara langsung. “Ini bertujuan untuk membekali para pimpinan cabang agar  mampu memberikan jawaban terhadap persoalan umat dan warga persyarikatan, dimana cabang berada,” demikian ujar Ketua MPK-PDM Bojonegoro Yazid Mar’i.

Mar’i menjelaskan bahwa kepemimpinan struktural di Muhammadiyah yang telah rapi dari pusat hingga ranting perlu diimbangi dengan bentuk kepemimpinan kultural. Yaitu kepemimpinan yang lebih mengedepankan  budaya kerja, etika sosial, sehingga mampu mengembangkan muhammadiyah yang secara historis lahir dari kelas menengah atas berkembang menuju kelas menengah bawah.

“Sehingga keunggulan kualitas secara simultan akan berkembang pada keunggulan kuantitas. Juga sebagai wadah silaturrahmi dan konsolidasi daerah dan cabang. Selanjutnya dapat terlaksananya baitul arqom pimpinan ranting,” tukasnya.

Ketua PCM Balen, Rofi’i, menyampaikan bahwa Baitul Arqom Pimpinan tetap menjadi bagian penting dari sistem pengkaderan pimpinan untuk pemantapan ideologi Muhammadiyah sebagai konsep dan landasan dalam menggerakkan Muhammadiyah di semua tingkatan. Al Quran dan Al Hadis serta pemikiran pendiri KHA Dahlan, H Jarnawi Hadi Kusumo, dan Faqih Usman sebagai spirit gerakan

Sekretaris PDM Bojonegoro, Khudlori, dalam sambutannya menyampaikan bahwa ada 5 kualitas kader persyarikatan, yaitu integritas, kemampuan managerial, mempunyai pemahaman keagamaan yang memadahi, dan ada waktu yang cukup untuk mengelola Muhammadiyah, serta ada komitmen dalam bermuhammadiyah.

“Ada beberapa kreteria dalam Muhammadiyah, yaitu Simpastisan, anggota, aktifis,dan kader,” tuturnya.

Simpatisan adalah orang – orang yang simpatik, cinta, menyukai gerakan dan usaha  Muhammadiyah, dan senantiasa mendukung kegiatan – kegiatannya, tapi tidak mau menjadi anggota pimpinan. Anggota adalah orang yang simpatik pada Muhammadiyah dan bersedia menjadi anggota Muhammadiyah tapi tidak bersedia menjadi pimpinan. Lalu kreteria Aktivis, yaitu orang yang bersedia menjadi ujung tombak perjuangan Muhammadiyah, menjadi pelaksana dalam kegiatan-kegiatan Muhammadiyah. Kemudian kriteria Kader, yaitu seorang simpatisan, anggota, yang juga aktivis, dan penggerak inti dari sebuah persyarikatan.

Lebih lanjut, berdasarkan keluhan dari beberapa anggota dan pimpinan terkait dengan keluhan krisis kader yang dirasakan, maka beliau menjelaskan,  ada 3 kreteria penyebab terjadinya krisis kader. “Yaitu media pengkaderan kita belum optimal, Amal Usaha Muhammadiyah yang belum didukung oleh tenaga kader – kader Muhammadiyah, serta belum berfungsinya saluran – saluran kaderisasi,” imbuhnya.

Rodli Abdurrohman juga menyampaikan bahwa Muhammadiyah Bojonegoro masih banyak tantangan yang bersifat idelogis. “Para ustadz, mubaligh Muhammadiyah belum menyampaikan materi-materi ideologi muhammmadiyah dalam ceramahnya. Ideologi Muhammadiyah belum dijadikan tema kajian para pimpinan Muhammadiyah di seluruh level,” katanya (Kangprapto).

 

Exit mobile version