YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Tak lama lagi, film yang berkisah mengenai peualangan AR Fachrudin muda yang tergabung dalam kepanduan Hisbul Wathan (HW) Muhammadiyah segera dilaunching. Film yang digawangi oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Muhammadiyah ini, dikabarkan dalam pembuatannya menghabiskan senilai 675 juta rupiah, dengan seluruh elemen pendukungnya dari warga Muhammadiyah.
“Yang ditugaskan kepada saya adalah membuat film. Selama ini, belum ada film yang 100% buatan Muhammadiyah. Misalnya, Laskar Pelangi dibuat oleh Mira Lesmana. Sang Pencerah dibuat oleh Hanung Bramantyo. Nah kalau ini, 100% semua warga Muhammadiyah,” terang Ketua LSBO Sukriyanto dalan konferensi pers, Kamis (16/3).
Pemutaran film garapan Arimus Barianto ini nantinya akan ditayangkan di sekolah-sekolah, serta cabang dan ranting Muhammadiyah dengan sistem penyebaran dalam konsep pop up cinema. Sukriyanto menambahkan, mengingat film tersebut berfokus pada pendidikan karakter, pihaknya agar film tersebut ditonton oleh sebanyak mungkin orang.
“Pemutaran film ini tidak tayang di bioskop. Namun akan menyebar di seluruh sekolah-sekolah, cabang, dan ranting Muhammadiyah hingga pelosok. Sehingga kami menjangkau masyarakat di pelosok, juga masyarakat menengah ke bawah yang mengalami kendala untuk menonton film di bioskop. Ini sebuah gerakan rahmatan lil alamin. Jadi harus ditonton oleh sebanyak mungkin orang,” pungkasnya.
Sementara itu, Produser Film Meniti 20 Hari Andika Prabangkara menuturkan bahwa salah satu hal yang menarik dari film ini adalah keseluruhan proses produksi asli dari Yogyakarta. Menurutnya, hal ini membuktikan kepada khalayak luas bahwa film produksi
“Kalau di waktu sebelumnya semua film diproduksi di Jakarta, kali ini kami lakukan semua produksinya di Jogja. Production house nya, studionya, dan sebagian besar proses pembuatannya di Jogja. Sedangkan bintang-bintangnya kita ambil dari Palembang karena lokasi pembuatan film berlatar di Palembang,” jelasnya.
Adapun kendala dalam pembuatan film ini, menurut Sutradara Film Arimus Barianto, yakni pada keterbatasan waktu mengingat para pemain merupakan mahasiswa. “Pembuatan film ini, awalnya kita lakukan syutin 2 minggu sebelum puasa. Lalu, kami break karena puasa. Dan setelahnya terkendala lagi karena pemain-pemain sebagian ada yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN),” ungkapnya.
Arimus berharap, film Meniti 20 Hari ini menjadi tontonan yang bagus dan menarik bagi semua pihak, khususnya anak muda sekarang agar mampu mengambil pesan moral yang hendak disampaikan.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi tontonan yang bagus bagi anak sekarang. Tak hanya petualangan dan tentang HW, di film ini juga menyelipkan romantisme tentunya agar menjadi tontonan yang menarik bagi anak muda,” tandasnya (Yusri).