Suara Muhammadiyah-Islam sebagai agama pencerahan turut serta membangun peradaban dunia. Para tokoh agamawan-cendekiawan muslim memperoleh inspirasi dari ajaran Islam untuk melakukan kepeloporan dalam banyak bidang. Dari sini, bermunculanlah berbagai karya pemikiran dan ilmu pengetahuan sebagai tonggak awal kemajuan.
Di sisi lain, ajaran Islam semenjak nabi Muhammad telah memberikan bukti nyata bahwa hak untuk memperoleh pendidikan dan melakukan peran dalam ranah public bukan hanya dimonopoli oleh kaum laki-laki, namun juga untuk kalangan perempuan. Para perempuan yang menjadi objek ketertindasan di abad ke-6 masehi, berhasil memperoleh kemerdekaan berkat perjuangan sang Nabi.
Tersebutlah salah satunya seorang mujahidah yang selalu berada di tepi garis batas dalam setiap peperangan bersama Nabi, Rufaidah binti Sa’ad. Sosok Muslimah tersebut memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj. Ia lahir di Madinah pada tahun 570 M. Pengabdiannya sangat besar saat Perang Badar, Uhud, Khaibar, dan Khandaq. Keahliannya di bidang ilmu keperawatan membuat hatinya terpanggil sebagai sukarelawan bagi korban yang terluka akibat perang. Dan Nabi pun memperbolehkannya.
Rufaidah juga mendirikan rumah sakit lapangan yang amat membantu para mujahid yang terluka saat berperang. Bahkan Rasulullah memberikan instruksi supaya para prajurit yang terluka untuk dirawat oleh Rufaidah. Dia melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, membantunya merawat para prajurit perang.
Dalam Perang Khandaq, Sa’ad bin Mu’adz yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. Momen ini dikenang sebagai awal mula dunia medis dan dunia keperawatan. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis.
Konstribusi Rufaidah merambah sebagai aktifis sosial. Dia selalu terdepan dalam melakukan pembelaan kepada kaum miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula.
Bagi Rufaidah, sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi teknologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. Dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan. Hari ini, kepeloporan Rufaidah menjadi model di seluruh dunia.
Keahlian dan kepiawan perempuan kelahiran Madinah ini menitis dari sang ayah yang berprofesi sebagai dokter atau thabib. Sedari kecil dia seringkali membantu merawat orang sakit. Dia termasuk kaum Anshar, golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah dan menjadi penolong Nabi dan kaum Muhajirin yang berhijrah dari Mekkah.
————————————————-
Penulis: Muhammad Ridha Basri