KH Hisyam lahir di kampung Kauman, Yogyakarta pada 10 November 1883 dan wafat 20 Mei 1945. Dia termasuk salah satu dari kader santri KH. Ahmad Dahlan. Pada tahun 1920, Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah membentuk Bagian Sekolahan dan mengamanatkan jabatan ketua bagian ini kepada KH Hisyam. Sejak KH. Ahmad Dahlan dan KH. Ibrahim memimpin Muhammadiyah (1920-1923 dan 1923-1934), jabatan ketua Bagian Sekolahan selalu dipercayakan kepada KH Hisyam.
Mulai tahun 1920 Muhammadiyah merintis sekolah berbahasa Belanda, seperti: Holland Inlandsche School (HIS) met de Qur’an. Pada tahun 1926 HIS met de Qur’an mendapat pengakuan dan subsidi dari pemerintah kolonial Belanda. Tahun 1930, Muhammadiyah merintis Schakelschool yang diperuntukkan bagi anak-anak lulusan Volksschool yang ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi. Pada akhir tahun 1932, Muhammadiyah memiliki 69 HIS dan 25 Schakelschool.
Sejak tahun 1918, sepuluh lulusan Standaardschool dikumpulkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan diberi pelajaran agama tingkat lanjutan. Sekolah ini diberi nama ”Qismul Arqa” (Hooger School). Qismul-Arqa berubah nama menjadi Kweekschool Islam lalu diganti dengan nama Kweekschool Muhammadiyah. Dari Kweekschool Muhammadiyah inilah yang kemudian berubah menjadi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Pada tahun 1929, murid-murid putri dipisahkan menjadi Madrasah Mu’allimat. Pada tahun 1926, Muhammadiyah membuka Kursus Guru Volksschool (CVO) untuk mempersiapkan calon guru Volksschool.
Pasca wafat KH. Ibrahim (1934), dalam Congres Muhammadiyah ke-23 tahun 1934 di Yogyakarta, KH Hisyam terpilih sebagai president HB Muhammadiyah. Struktur HB Muhammadiyah hasil Congres Muhammadiyah ke-23 sebagai berikut: KH. Hisyam (President), H. Mochtar (Vice President I), H. Syuja’ (Vice President II), Junus Anies (Secretaris), M. Amdjad (Penningmeester), RH. Hadjid, H. Faried Ma’ruf, M. Basiran, Abdul Hamid, Siradj Dahlan (Pembantu).
Tahun 1938, Muhammadiyah merintis Klein Handel-School (Sekolah Dagang Kecil) dan Huishoud School (Sekolah Kerumahtanggaan). Pada tahun 1937, Muhammadiyah membuka Inlandsche MULO Muhammadiyah (SMP Pribumi) dengan mendapat subsidi dari pemerintah. Pada tahun 1934, Muhammadiyah mendirikan Algemeene Middelbare School (AMS) di Batavia yang dipimpin oleh Ir. Juanda.
Bersama Djiwosewojo, KH Hisyam mendapat anugrah bintang Ridder Orde van Oranje Nassau dari Ratu Belanda. Anugrah bintang Ridder Orde van Oranje Nassau diberikan kepada para pejabat, priyayi atau orang-orang yang dianggap berjasa kepada pemerintah Belanda dan masyarakat.
Kepemimpinan KH Hisyam
Kepemimpinan KH. Hisyam berlangsung sejak tahun 1934-1937. Dalam Congres Muhammadiyah ke-26, kelompok pemuda, M. Basiran, Abdul Hamid, Faried Ma’ruf, dan lain-lain, menolak kepemimpinan kelompok tua, KH. Hisyam, Haji Mochtar, dan Haji Syuja’. Ki Bagus Hadikusumo menjembatani konflik antara kubu kaum muda dan kaum tua ini. KH. Mas Mansur, konsul Muhammadiyah Surabaya, diminta untuk menjabat sebagai President HB Muhammadiyah.
Selain menjabat sebagai President HB Muhammadiyah, KH. Hisyam juga pernah menjabat sebagai Penghulu di kabupaten Magelang pada tahun 1937. KH Hisyam meninggal dunia pada 20 Mei 1945. (Mu’arif)