Bersama Artis “Dear Nathan”, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Deklarasikan Pelajar Anti Klithih

Bersama Artis “Dear Nathan”, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Deklarasikan Pelajar Anti Klithih

Amanda Rawles dan Jefri Nichol bersama siswa SMA Muha Yogyakarta deklarasikan pelajar anti klithih (25/3)

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Meningkatnya kasus klithih akhir-akhir ini di kota pelajar Yogyakarta, membuat sebagian besar masyarakat merasa akhawatir dan cukup kehilangan rasa aman. Khususnya masyarakat sekolah yang terdiri dari siswa, guru, dan wali murid (orang tua), karena klithih identik dengan kejahatan pelajar dan korbanya pun para pelajar. Karenanya, bersamaan dengan kunjungan artis film “Dear Nathan” ke sekolah, SMA Muhammadiyah 2 (Muha) Yogyakarta mendeklarasikan diri sebagai pelajar anti klithih, Sabtu (25/3).

Deklarasi pelajar anti klithih itu, dipimpin langsung oleh Rafi Febriliano Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMA Muha dan didampngi oleh dua artis utama dalam film “Dear Nathan”, Amanda Rawles dan Jefri Nichol.

Dalam kesempatan itu, Jefri Nichol, yang memerankan tokoh Nathan pada film yang sudah mulai tayang di bioskop-bioskop tersebut, menyampaikan pesan kepada para pelajar agar senantiasa dekat dengan kebaikan. Karena baginya, setiap orang berhak menjadi baik. “Sebagaimana sosok Nathan dalam film ini, yang semula merupakan pribadi remaja yang nakal karena kurang mendapat perhatian orang tua, namun akhirnya dengat niat yang kuat berubah menjadi pribadi yang baik,” ucapnya.

Bagi sekolah sendiri, kehadiran artis terutama mereka yang masih remaja dan berkarya untuk film-film yang baik tentu akan membawa dampak yang baik pula, menginspirasi terhadap kalangan pelajar. Terutama film-film yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan dekat dengan dunia pelajar. hal ini disampaikan Rohmatunnazilah Humas SMA Muha pada acara tersebut.

Guru dan siwa SMA Muha Yogyakarta berfoto bersama dengan artis film “Dear Nathan” (25/3)

“Selain mendeklarasikan pelajar anti klithih, melalui moment ini kami juga menyuarakan keprihatinan atas tayangan TV dan film-film Indonesia yang jauh dari nilai pendidikan. Karena baik langsung maupun tidak, fenomena klithih juga dipengaruhi oleh tayangan dan tontonan itu,” terang Rohmatunnazilah.

Dari tayangan-tayangan yang ada, yang dikonsumsi pelajar, seperti sinetron yang bercerita tentang sepak terjang genk motor, katanya, akhirnya hal itu ditiru betul oleh kalangan pelajar, khususnya di Jogja, dengan maraknya klithih. “Saya harap melalui jumpa artis di sekolah ini, suara kami yang prihatin atas tontonan dan film Indonesia didengar betul oleh para pembuat film, agar ke depan film-film yang ada benar-benar mendidik dan layak dijadikan panduan,” pesan Rohmatunnazilah Humas SMA Muha (gsh).

Exit mobile version