GUNUNG KIDUL, Suara Muhammadiyah- Setelah kurang lebih 3 tahun menunggu, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Wonosobo, Gunung Kidul akhirnya mampu berdiri tegak. Tidak lagi ada atap yang bocor dan dinding berlapis tripleks yang penuh lubang karena kian lapuk dimakan usia dan cuaca.
Pagi ini Ahad (26/3), puluhan siswa MIM Wonosobo dengan wajah yang berseri-seri berjajar di sepanjang jalan menuju sekolah ini dengan bendera merah putih di tangan. Gedung sekolah yang dibangun di atas tanah seluas 944 m2 tersebut diresmikan secara langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Sebelum memulai secara resmi pembangunannya di tahun 2016, kondisi bangunan MIM Wonosobo yang terletak di Dukuh Wonosobo, Banjarejo, Tanjungsari, Gunung Kidul, bisa dikatakan sejak lama sudah tidak layak untuk digunakan. Padahal banyak warga sekitar yang menggantungkan kebutuhan pendidikan anak mereka ke sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 1980 ini.
Walaupun sempat mendapat bantuan untuk renovasi pada tahun 2012, hanya 1 dari 8 ruangan yang bisa dibenahi. Sedangkan, menurut Heri Mustofa, Kepala MIM Wonosobo, 80% kondisi gedung membahayakan untuk digunakan untuk proses pembelajaran.
Namun, Heri bersyukur, di tahun 2014 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membukakan pintu bagi pihak sekolah untuk membenahi gedung tersebut. Setelah melewati proses cukup panjang, rencana awal untuk merenovasi dialihkan menjadi pembangunan ulang gedung sekolah di tanah yang baru. Tidak jauh dari lokasi semula, UAD melakukan peletakan batu pertamanya pada Agustu 2016.
“Saya masih ingat betul apa yang dikatakan Rektor UAD saat peletakan batu pertama. UAD akan mengalokasikan sekitar 3 Milyar untuk membantu sekolah ini,” tuturnya saat ditemui.
Sedangkan Rektor UAD, Kasiyarno, mengharapkan berdirinya sekolah yang menjadi sekolah laboratorium UAD ini akan menjadi sekolah yang unggul, maju dan mandiri. Belum lama sebelum diresmikan, UAD telah mengadakan pelatihan bagi guru-guru, salah satunya tentang manajemen sekolah unggulan dan pendidikan karakter peduli lingkungan menuju sekolah Adiwiyata.
“Sekolah ini harus mencerminkan semangat guru-gurunya dalam memajukan MIM Wonosobo ini dan menjadikannya sebagai sekolah yang diminati bukan hanya di daerah ini saja, namun juga di luar dukuh Wonosobo,” tegas Kasiyarno.
Menelan waktu pembangunan setidaknya 5 bulan, total biaya pembangunan Gedung MIM Wonosobo secara keseluruhan kurang lebih menelan sebesar 3.4 miliar. Gedung MIM Wonosobo dibangun dua lantai dengan total luas bangunan 768 m2 menggunakan beton bertulang. Terdiri atas 6 ruang kelas dengan kapasitas 24 siswa, perpustakaan, UKS, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Mushalla dan tempat wudlu, toilet, gudang, dapur, tangga dan 2 ruang kelas yang digabung dan bisa difungsikan sebagai aula
Kasiyarno juga berpesan kepada seluruh pihak agar terus mendukung kebutuhan pendidikan anak-anak dengan bersama-sama membesarkan MIM Wonosobo. Ia pun berjanji bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap sekolah yang menjadi Sekolah Laboratorium (lab school) milik UAD tersebut dengan menerjunkan tenaga pendidik terbaik lulusannya untuk melakukan pendampingan. Salah satunya, dalam waktu dekat UAD akan mengupayakan keberadaan internet sebagai penunjang pembelajaran di MIM Wonosobo, termasuk peningkatan kesejahteraan para pengajar yang selama ini telah dengan gigih membantu mencerdaskan siswa-siswi MIM Wonosobo.
“Sekolah ini harus dikelola dan dibina sungguh-sungguh. Anak-anak harus didukung pendidikannya agar nanti bisa bersama-sama membesarkan daerah ini. Insya Allah UAD akan terus mendampingi, termasuk kesejahteraan guru-gurunya,” tukas Kasiyarno.
Peresmian tersebut dihadiri oleh Ketua PP Muhammadiyah dan Ketua BPH UAD Yunahar IlyasWakil, Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi, Jajaran Wakil Rektor UAD, Ketua PWM DIY Gita Danuprata dan Tasman Hamami (Th).