Haedar Nashir: Dalam Keragaman Kita Saling Memajukan

Haedar Nashir: Dalam Keragaman Kita Saling Memajukan

PATI, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad merupakan agama yang menebar rahmat dan merekatkan persaudaraan. Tidak hanya dengan sesama, namun juga dengan semua golongan dan agama. Di tengah kondisi beragam itu, hendaknya semua saling bekerja sama untuk saling memajukan.

“Ukhuwah ini harus dibangun. Dalam keragaman kita saling memajukan,” kata Haedar Nashir dalam acara Tabligh Akbar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pati, di Lapangan Sokolilo Pati, Selasa (28/3).

Menurutnya, Islam adalah agama perekat. Oleh karena itu, ukhuwah harus bisa saling memajukan dengan cara saling bekerja sama. Saat ini, organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, Nahdlatul Wathan, Matla’ul Anwar, Persis, PUI, dan organisasi lainnya sama-sama bekerja, tetapi masih dalam wilayah sendiri-sendiri. “Sekarang sama-sama bekerja,” kata Haedar.

Haedar mengingatkan bahwa untuk mencapai suatu kekuatan umat, maka semua harus rela berkorban demi mencapai persatuan atau ukhuwah yang sebenarnya. Ukhuwah itu dimaksudkan bisa saling mengisi dan berbagi dalam hal-hal yang produktif. “Saling bekerja sama. Elok kalau itu terjadi,” tambahnya.

“Harus satu, bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Boleh kita menyampaikan pandangan kita tapi tak perlu menjelekkan pandangan orang lain. Tasamuh di kedua belah pihak,” katanya.

Menurut Haedar, sekarang sudah tidak saatnya untuk terus berselisih paham atau ikhtilaf. Semua pihak harus meyakini apa yang dipegangnya dengan menghormati pihak yang berbeda.

“Bagi Muhammadiyah, berlaku apa yang ditentukan tarjih, tiap golongan punya cara masing-masing. Jangan dipermasalahkan, nanti ini jadi ruang pecah belah dan pemborosan energi. Tidak usah menjelekkan pandangan orang lain,” ujarnya. Ukhuwah yang sejati, sebut Haedar, harus dibangun dengan semangat pengorbanan dan ketulusan untuk mencari solusi terbaik.

Haedar mencontohkan kondisi di Timur Tengah yang kerap dilanda konflik. Menurutnya, kondisi ini jangan membuat umat Islam saling menafikan. “Kita tidak boleh menikmati keterpecahan ini, kita harus bantu mereka (dunia Arab) keluar dari jeratan. Kita sama-sama dorong, Indonesia harus ambil peran dalam perdamaian. Dunia Islam tidak bisa tanpa dunia Arab, jadi kita harus saling mendukung,” katanya.

Namun, Haedar mengingatkan bahwa meskipun harus menghormati dunia Arab, bukan berarti umat Islam Indonesia harus menyamaratakan bahwa Arab itu sama dengan Islam. “Orang Indonesia tidak perlu kearab-araban, berpakaian seperti apa yang Islam ajarkan,” katanya mencontohkan supaya umat Islam bisa membedakan antara budaya Arab dan Islam. “(Berpakaian) itu soal urf, tradisi dan kebiasaan. Bukan kewajiban Islam untuk berpakaian seperti itu,” kata Haedar.

Terakhir, Haedar mengajak segenap warga Muhammadiyah untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan dakwah dan menebar ukhuwah. “Dalam hidup, dalam berdakwah itu orang harus bermujahadah,” tuturnya. “Bersungguh-sungguh saja belum tentu sukses dan berhasil, apalagi tidak bersungguh-sungguh. Jadi kalau mau menggerakkan Muhammadiyah ya harus bersungguh-sungguh dan ikhlas,” ujar Haedar (Ribas).

Exit mobile version