IMM Magelang Siap Pelopori Generasi Muda yang Toleran

IMM Magelang Siap Pelopori Generasi Muda yang Toleran

MAGELANG, Suara Muhammadiyah- Lebih dari setengah abad bukanlah waktu yang singkat bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) untuk tetap bertahan menjadi sebuah gerakan mahasiswa yang yang telah menorehkan tinta emas perjuangan gerakan mahasiswa. Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah sehingga setiap hal yang dilakukan IMM merupakan interpretasi dari cita-cita hidup Muhammadiyah.

Bertepatan dengan Milad IMM ke-53 yang diperingati pada tanggal 14 Maret, Pimpinan Cabang IMM Magelang bekerjasama dengn Badan Kesbang Polinmas Kota Magelang menggelar dilog kebangsaan dengan mengusung tema “Peran Generasi Muda dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama dan Mengantisipasi Paham Radikalisme”. Kegiatan ini diikuti oleh 300 generasi muda yang terdiri dari beberapa unsur mahasiswa dan pelajar tingkat SMA/SMK se-Kota Magelang.

Tampil sebagai narasumber di antaranya yaitu Pasi Intel Kodim 0705 Magelang Inf I Ketut Kukuh AW, Kasubag TU Kemenag Kota Magelang Abdul Muchit, serta Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Magelang, Yatino.

Dalam kesempatan tersebut, disampaikan mengenai pentingnya merawat NKRI. Selain itu, pluralisme dan multikulturalisme merupakan bagian rahmat Tuhan yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pemeluk agama, terlebih mengingat bangsa Indonesia yang hidup dengan kemajemukan dari berbagai sudut pandang.

Ketua Kesbang Polinmas Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko dalam sambutannya menyampaikan  bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah membuat kerukunan antar umat beragana dengan membangun generasi yang toleran sehingga generasi muda di Kota Magelang mampu terbentengi dari paham radikal. “Terlebih mengingat para mahasiswa dan remaja yang secara pemikiran masih labil, mudah terpengaruh, dan kagum dengan hal baru,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua PC IMM Magelang Fikriyadi menyampaikan keprihatinannya akan banyaknya berbagai problematika bangsa akhir-akhir ini yang mengatasnamakan dan menggunakan simbol-simbol agama. Menurutnya, menjaga keutuhan negara di tengah kemajemukan menjadi sebuah keharusan.

Lebih lanjut Fikri menjelaskan, nilai-nilai toleransi yang menjadi manifestasi agam harus menjadi dasar kebersamaan dalam merawat NKRI. “Kita tidak dapat memungkiri atas kondisi Indonesia yang merupakan negara majemuk dari berbagai sudut pandang seperti budaya, etnis, dan agama yang terbingkai dalam Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu, generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa harus mampu memahami fitrah Tuhan tersebut,” tandasnya (Fury Fariansyah).

 

 

Exit mobile version