Oleh Mochlisin
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ma’asyirolmuslimin Rohimakumullah,
Tak lupa saya selaku khotib ingin berwasiat, sebagaimana para khotib sebelum saya dengan wasiat terbaik yang dapat disampaikan oleh seorang muslim kepada saudara muslim lainnya, marilah kita untuk senantiasa menjaga keistiqomahan kita dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dalam artian menjalankan segala apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Hadirin siding Jum’at yang berbahagia
Begitu agungnya Al-Qur’an mengajarkan kepada kita berupa akhlak yang mulia. Hampir setiap khotib jum’at dipenghujung khotbahnya selalu membacakan Al-Qur’an Surat An-Nahl: 90. Bahkan oleh Umar Bin Abdul Azis memandang ayat ini sebagai puncak keagungan Al-Qur’an.
Dia berkeyakinan sekiranya ayat tersebut dipahami, dihayati, serta diamalkan oleh setiap umat Islam, niscaya tidak akan muncul sikap kebencian, permusuhan dan akan terciptanya sebuah suasana kedamaian, kemakmuran, serta ketentraman secara universal. Firman Allah tersebut ialah:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS.An-Nahl: 90)
Telah disebutkan oleh Allah dalam ayat tersebut perintah penting yang mesti dikerjakan dan larangan yang dituntut untuk meninggalkannya.
Perintah Allah tersebut yang pertama adalah berlaku adil. Banyak yang mendefinisikan adil, diantaranya menempatkan sesuatu pada sebagai mana mestinya. Seseorang yang membeli sepatu dengan harga ratusan ribu rupiah, kemudian diletakkannya di atas kepala maka dia dianggap tidak berlaku adil, karena sepatu diletakkan di kepala meskipun harga sepatunya mahal.
Manusia dalam kehidupannya harus adil dalam pengertian yang ini menempatkan dirinya sebagaiman mestinya; seorang suami harus menempatkan posisinya sebagai suami, begitu juga istri, anak, guru, murid dan seterusnya. Maka dari masing-masing akan dianggap adil jika menempati posisinya.
Sementara adil dalam masyarakat adalah bahwa seseorang memperlakukan orang lain sama halnya memperlakukan terhadap dirinya.
Inilah akhlak yang seharusnya menjadi modal penting bagi seorang pemimpin, sikap keadilan sekarang, teramat sulit untuk diterapkan pada setiap pemimpin saat ini. memperlakukan orang yang tidak disenangi berbeda ketika memperlakukan kepada orang yang disukainya.
Perintah Allah yang kedua ialah berlaku baik (ihsan). Ihsan tentu lebih memiliki makna yang cukup luas, tidak sekedar berbuat baik saja, bahkan lebih tinggi dari sikap adil. Misalnya ihsan dalam ma’af seperti yang telah Allah gambarkan dalam Al-Qur’an:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”َ (Q.S. Ali-Imron: 134)
Demikian juga didalam Surat Al-Ma’idah: 13 yang artinya:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Bahwa ihsan adalah membalas kejahatan dengan kebaikan. Ihsan dalam ibadah, seperti yang ada pada Hadits Rosulullah SAW. Bahwa suatu hari Jibril datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya apa itu ihsan, Rasulullah SAW. menjawab, “ihsan adalah bahwa engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya.”
Merupakan akhlah para sahabat, sebagai generasi terbaik setelah Rasulullah SAW. telah mencontohkan sikap ihsan dengan sempurna. Salah satu contoh Umar Bin Khattab R.A. pernah mengungkapkan suatu perkataan yang sangan popular ketika dirinya menjbat sebagai Khalifah, “Sekiranya rakyatku ini kelaparan, biarlah aku orang yang pertama merasakannya, namun jika rakyatku ini kekenyangan, biarlah aku orang yang paling terakhir merasakan kenyang itu.”
Sungguh perkataan yang mungkin saat ini tak bisa kita dengarkan kembali dari para pemimpin, Kita berharap untuk bisa menemukan sosok pemimpin seperti Umar Bin Khattab R.A.
Hadirin siding Jum’at yang berbahagia
Kemudian perintah Allah ketiga yang terkandung dalam surat An-Nahl: 90 di atas, adalah memberi kepada teman dekat, keluarga atau orang yang ada di sekitar kita.
Pemberian merupakan Sesutu yang agung dan bernilai tinggi. Jika muncul pertanyaan kenapa harus karib kerabat atau keluarga yang lebih diutamakan ?
Maka diantara jawabanya ialah sekiranya masing-masing orang mampu mengurus keluarga ddan orang terdekatnya dengan baik, maka dipastikan tidak akan muncul masalah di tengah masyarakat. Dengan semakin banyaknya masalah yang bermunculan disebabkan masing-masing orang gagal atau tidak mampu menasehati, mengurus serta mengarahkan orang-orang terdekatnya untuk kembali persoalan yang mendatangkan ketenangan dan kedekatannya pada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S.Al-Baqarah: 269)
Hadirin siding Jum’at yang berbahagia
Adapun larangan Allah yang dituntut untuk ditinggalkan ialah menjauhi perbuatan keji (Fahsyâ’). Kata fahsyâ’ tidak hanya perbuatan yang dianggap keji dan buruk, tetapi juaga akan mendatangkan keburukan terhadap pelaku maupun orang lain.
Salah satu contoh yang telah Allah gambarkan tentang perbuatan fahsyâ’, ialah zina. Didalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Zina dianggap suatu perbuatan keji yang, karena tidak hanya buruk dalam pandangan syari’at saja, tetapi juga mendatangkan keburukan bagi pelaku akan terjangkit penyakit, bahkan mendatangkan keburukan bagi orang lain, lingkungan, masyarakat dan bangsa. Perzinahan menjadikan hilangnya kehormatan sebagai manusia, tertutunya rezeki, tidak jelasnya nasab, serta munculnya pelecehan terhadap manusia berupa aborsi, pembunuhan terhadap anak dan sebagainya. Allah berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (Q.S. Al-Furqan: 68)
Ma’asyirolmuslimin Rohimakumullah,
Hendaknya sebagai seorang muslim, akhlak-akhlak yang telah diterangkan diatas seharusnya ada pada diri kita semua. Dan selalu berharap semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk senantisa tetap istiqomah dalam kebaikan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ