Oleh Zainal Arifin
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ الله تَعالى
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Jama’ah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Islam adalah agama yang diturunkan Allah dengan mengemban misi rahmatan lil’alamin (pembawa rahmat bagi seluruh makhluk di alam semesta). Dalam ajaran Islam diajarkan bahwa seorang muslim harus mendedikasikan dirinya untuk senantiasa berbuat baik dan kasih saying antar sesame. Islam selalu mendambakan kehidupan sakinah, mawaddah, dan rahmah dan Islam adalah agama yang memberikan janji keselamatan dunia dan akhirat bagi para pemeluknya.
Islam berasal dari kata اَسْلَمَ يُسْلِمُ اِسْلاَم-سَلاَم aslama-yuslimu-islam-salam atau salamah, yaitu tunduk kepada kehendak Allah swt. agar mencapai salam/salamah (keselamatan atau kedamaian) di dunia dan akhirat. Prosesnya disebut Islam dan pelakunya disebut muslim. Jadi, Islam adalah proses bukan tujuan, yakni proses mencari keselamatan di dunia dan akhirat.
Jama’ah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Muslim holistik atau muslim kaffi merupakan sebuah proses ketundukkan seseorang terhadap perintah Allah, sehingga dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan untuk memasuki agama Islam secara kaffah/keseluruhan. Sebagaimana Firman Allah dalam Surah al-Baqarah [2]: 208:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Menurut Prof. Yudian Wahyudi, konsep muslim holistik merupakan perpaduan antara ketundukan manusia kepada 3 ayat Allah, yakni: ayat Qur’aniah, Kauniah, dan Insaniah. Ketiga ayat tersebut merupakan kehendak Allah yang harus ditaati untuk menghantarkan manusia kepada keselamatan dan kedamaian dunia sampai akhirat.
Pertama, ayat Qur’aniah atau Ayat Qauliah, aturan-aturan yang terangkum dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam kepatuhan pada ayat Qur’aniyah, hukum yang terpenting adalah tauhid (keesaan Allah), akhlak (moralitas), dan keadilan (hukum kepasangan positif dan negatif atau maslahat dan mafsadat). Fungsi terbesar syahadat “Tiada Tuhan selain Allah” adalah sebagai kunci keselamatan ketika menyeberangi kehidupan dunia menuju akhirat, sedangkan syirik sebagai satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni Allah, kecuali dengan taubat nasuha (benar-benar tobat).
Sebagaimana firman Allah dalam Surah an-Nisa [4]: 116 :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.
Orang yang tunduk kepada ayat Qur’aniah yang terkandung dalam Al-Qur’an dan al-Hadis disebut muslim teologis. Dalam artian, secara teologis dia tunduk dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan rasul-Nya.
Kedua, ayat Kauniah, yaitu tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di Jagat raya (kosmos). Tanda kebesaran Allah yang terpenting di sini adalah hukum kepasangan yang dititipkan Allah pada setiap benda alamiah. Sunnatullah atau takdir Allah (hukum alam) ini memegang peran kunci dalam menentukan keselamatan atau kedamaian di dunia. Islami pada tingkat alam adalah menyeimbangkan potensi negatif dan potensi positif setiap benda. Islami di sini ditarik sampai pada titik memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan potensi negatif suatu benda.
Hukum alam ini berlaku bagi siapa saja tanpa mengenal batas-batas kemanusiaan apapun, seperti: ras, agama, dan status sosial. Pada tingkat alam inilah semua agama sama, karena siapa pun yang melanggar hukum kepasangan ini pasti dihukum Allah seketika. Sebaliknya, siapapun yang taat (tunduk pada hukum kepasangan ini), pasti diberi pahala oleh Allah, yaitu keselamatan di dunia. Misalnya, jika ada seorang Islam, Yahudi, Kristen, Budha, atau Hindu menyeberangi Laut Selatan dengan berenang (tanpa alat renang), pasti dia akan dihukum oleh Allah. Dia akan tenggelam dan mati. Sebaliknya, jika ada orang komunis (Ateis) menyeberangi Laut Selatan dengan kapal, maka dia akan selamat sampai tujuan. Karena pada hakikatnya, si komunis adalah muslim alamiah, sebab dia beriman kepada hukum kepasangan sebagai hukum terbesar yang “mengatur” kehidupan kosmos, sehingga dia mencapai keamanan (seakar dengan iman). Seperti halnya Islam, Iman adalah proses yang tujuannya adalah aman atau safety, dalam bahasa Indonesia menjadi keamanan. Keselamatan dan kedamaian atau keamanan di sini hanya pada tingkat kosmos atau duniawi. Untuk menyeberangi akhirat dibutuhkan kunci: Tauhid.
Ketiga, ayat Insaniah, tanda-tanda kebesaran atau hukum-hukum Allah yang mengatur kehidupan manusia (kosmis). Hukum yang terpenting di sini ialah hukum kepasangan. Islam dan Iman (sehingga selamat dan aman) pada tingkat ini adalah menyeimbangkan potensi positif dan negatif, yaitu menciptakan keseimbangan atau keadilan sosial. Allah sudah mendelegasikan hukum keseimbangan ini kepada manusia seperti tercermin dalam hadis:
رِضَا اللهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَ سُخْطُ اللهِ فِيْ سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ.
Kerelaan Allah tergantung pada kerelaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua.
Hukum ini diperkuat dengan prinsip mutual agreement. Kesalahan sosial harus terlebih dahulu diselesaikan antara pihak-pihak terkait. Jika terkait belum memaafkan, Allah juga belum mengampuni. Orang yang mentaati hukum insaniah disebut muslim insaniah. Ketundukkan terhadap tiga ayat di atas akan melahirkan seorang muslim holistik/ kaffah yang memasuki Islam secara menyeluruh dengan mentaati ayat-ayat Qauliah, Alamiah, dan Insaniah.
Jama’ah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Islam adalah Tauhid, yaitu mengintegrasikan kehendak Allah yang ada di dalam kitab suci (ayat Qur’aniah/Qauliah), alam (ayat Kauniah), dan manusia (ayat Insaniah), sehingga terbebas dari bencana teologis, kosmos, dan kosmis. Inilah yang disebut takwa yang puncaknya sering disebut ihsan, yaitu proses kesadaran menghadirkan Tuhan di manapun (pada tingkat teologis, kosmos, dan kosmis) dan kapanpun. Inilah yang disebut Islam Kaffah (Holistik) atau menjadi Insan Kamil.
باَرَكَ الله لِي وَ لَكُمْ فِي القُرآنِ الكَرِيْم وَ نَفَعَنِي وَ اِيَّاكُمْ مِنَ الآياَتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلْ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الْرَّحِيْمِ.
KHUTBAH KEDUA
الْحمد لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَ العَاقِبَةُ للْمُتَّقِيْنَ وَ لاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى الِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَه اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه, الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ, وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلعَالَمِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الإِخْوَانُ, إِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jama’ah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah
Kehidupan seorang muslim holistik akan selalu menyeimbangkan antara hubungan harmonis vertikal dengan Allah dan hubungan harmonis horisontal dengan manusia maupun alam. Secara teologis, dia taat kepada perintah Allah, dan secara sosial, dia bersikap humanis, ramah, dan menghormati orang lain dan menjaga alam dengan sebaik-baiknya. Dari sinilah, muncul sikap humanis-religius. Humanis-Religius adalah sikap yang mengedepankan sisi-sisi kemanusian dan nilai-nilai religius (agama). Integrasi antara keduanya merupakan perwujudan dari seorang muslim holistik.
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa tujuan diciptakan manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi. Seorang khalifah memegang amanah Allah untuk memelihara alam, penebar rahmat, dan pencipta keadilan bagi semua makhluk. Muslim holistik dengan semangat humanis-religius merupakan perwujudan yang sempurna seorang khalifah, sebab, dia dapat mengintegrasikan antara kehendak Allah dalam kitab suci, alam, dan manusia. Wallahu a’lam.
اللَّهُمَّ اغْفِر لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات الأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات وَ يَا قَاضِيَ الْحَاجَات. اَللَّهُمَّ إِناَّ نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفْوَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَسَلِمْنَا يَاالله مِنْ آفاَتِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الأَخِرَةِ. اَللَّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِالإِيْمَانِ اَللَّهُمَّ اخْتِمْ لَناَ بِالإِسْلاِمِ اَللَّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِقَوْلِ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله وَبِحُسْنِ الْخَاتِمَة. اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا بِالاسْتِقَامَةِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. اَللَّهُمَّ إِنَّاَ نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَ عَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَ زِياَدَةً فِى الْعِلْمِ وَ باَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَ تَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَ رَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَ مَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللَّهُمَّ هَوِنْ عَلَيْنَا فِى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَ نَجَاةَ مِنَ النَّارِ وَ الْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وِفِي الأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَّ عَذَابَ النَّارِ وصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَأَلِه وَصَحْبِه وَسَلِّمْ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ الله وَ بَرَكَاتُه