MALANG, Suara Muhammadiyah- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mewakili Indonesia dalam kontes internasional. Setelah sebelumnya menjadi 10 besar dalam lomba mobil listrik pada kompetisi International Shell Eco Marathon Asia 2017, kali ini UMM tampil dalam kontes robot internasional di Trinity College Amerika Serikat selama satu minggu pada 1 hingga 7 April 2017.
Dalam kontes bertajuk Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC) tersebut sebanyak tiga tim dari UMM akan mewakili Indonesia untuk berkompetisi di kategori robot pemadam kebakaran. Tiga tim yang akan bertanding tersebut di antaranya yaitu Tim Dome_Mu, Tim Unmuh Malang dan Tim InaMuh.
Ketua Rombongan, Alik Ansyori Alamsyah mengatakan bahwa didaulatnya UMM mewakili Indonesia dalam ajang internasional tersebut merupakan kelanjutan dari perlombaan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI). Pada KRPAI Berkaki 2016, lanjutnya, UMM berhasil meraih juara satu sekaligus penghargaan desain dan artistik terbaik.
“Sebanyak lima mahasiswa dan dosen pembimbing akan berangkat ke Amerika pada 29 Maret 2017 nanti,” terangnya.
Disampaikan Alik bahwa selain dirinya, adapun empat orang lainnya yang ikut rombongan di antaranya yaitu Muhammad Irfan sebagai pembimbing, serta Ikhlal Aldhi Wijaya, Imam Fatoni, dan Salis Muchtar Fadhilah sebagai perwakilan dari setiap tim.
Robot UMM, kata Alik, memiliki berbagai keunggulan dilihat dari berbagai aspek. Dari segi desain, robot UMM memiliki dimensi yang sangat kecil jika dibandingka dengan robot lain sehingga akan dengan mudah menghindari halangan yang berada dalam arena. “Setiap tahunnya robot UMM selalu mendapatkan penghargaan desain terbaik karena dimensi yang kecil itu,” imbuhnya.
Tak hanya itu, dalam hal ketepatan, robot tersebut dibekali dengan delapan sensor ultrasonik dan dua sensor infra merah sebagai sensor jarak. Selain itu, robot UMM juga dibekali sensor flame UVTRON-R9454 yang merupakan sensor yang sangat baik jika dibandingkan dengan sensor flame yang lain. Hal ini dikarenakan sensor ini hanya menangkap cahaya UV dengan jangkauan spectrum 185 Nanometer (nm) sampai 260 nm, dimana jangkauan itu hanya dimiliki oleh gas api.
Menurut Alik, dalam kompetisi TCFFHRC nanti, misi yang harus dilakukan adalah mencari dan memadamkan api lilin di arena lapangan. Robot yang paling cepat memadamkan lilin akan dinyatakan sebagai pemenang. Oleh karena itu, dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, pihaknya optimis bahwa robot UMM mampu menjadi yang tercepat.
“Robot UMM dibekali dengan 10 sensor agar mudah mendeteksi posisi lilin dan dapat menjangkau lilin dengan cepat. Adanya sensor flame juga akan menjadikan robot ini tidak akan salah dalam mendeteksi apa lilin yang ada. Sehingga dengan kecepatan robot yang sudah teruji pada KRI 2016, di perlombaan internasional ini robot UMM optimis akan menjadi yang tercepat lagi,” jelasnya seperti dikutip dalam laman resmi UMM.
Sementara itu, Rektor UMM Fauzan menuturkan bahwa pihaknya akan mengapresiasi semua mahasiswa yang bertanding ke tingkat apapun berupa diberikannya beasiswa bebas tanggungan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Selain itu, semua karya yang telah dibuat oleh dosen dan mahasiswa ini nantinya akan dipamerkan dalam festival inovasi dan karya.
“Agustus nanti akan digelar festival itu untuk memacu semangat yang lain agar terus menciptakan inovasi dan karya,” tandasnya (jal/han/ Yusri).