Trapolnas IMM AR Fakhruddin Usung ‘Religion within Political Hegemony’

Trapolnas IMM AR Fakhruddin Usung ‘Religion within Political Hegemony’

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Abdul Razaq Fakhruddin (PC IMM AR Fakhruddin) Kota Yogyakarta adakan Training Politik Nasional (Trapolnas) untuk seluruh kader IMM se-Indonesia. Acara Traning politik nasional dengan mengangkat tema besar “Religion within Political Hegemony” tersebut akan berlangsung Jumat-Minggu, 31 Maret-2 April 2017 di Pondok Pemuda Ambarbinangun, Bantul.

Stadium General pada hari Jum’at, 31 Maret 2017 menjadi pembuka training selama tiga hari tersebut. Universitas Stikes Aisyiyah (UNISA) yang menjadi tempat Stadium General berlangsung dipenuhi oleh kader-kader IMM dari berbagai wilayah di Indonesia.

Kader-kader IMM yang menjadi peserta tetap sendiri berjumlah 51 orang kader. Tidak hanya berasal dari Yogyakarta, namun kader Tanggerang, Solo, Jember, Sidoarjo, Surabaya, Bandung, Balikpapan, hingga Bengkulu turut andil dalam acara training IMM AR Fakhruddin tersebut.

Beberapa tokoh yang menjadi pemateri dalam stadium general sendiri antara lain, Ahmad Syauqi yang merupakan Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam pemaparannnya, Ahmad Syauqi menjelaskan tentang Hegemoni dalam perspektif politik ekonomi.

Pemateri kedua yaitu M Shaleh Tjan yang merupakan Wakil Ketua Ombudsman Daerah Istimewa Yogyakarta juga turut hadir dan memaparkan materi terkait sistem politik di Indonesia. Sedangkan Eko Prasetyo, pemateri ketiga yang merupakan Direktur Social Movement Institute (SMI) lebih menekankan tentang bagaimana gerakan sosial melawan kemapanan yang telah ada.

Ketua Umum PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta, Affan Qolbi dalam sambutannya menjelaskan terkait tema yang diusung dalam training politik PC IMM AR Fakhruddin tahun 2017 tersebut.  Ia menegaskan bahwa Islam adalah agama yang komprehensif, artinya nilai-nilai islam harus di terapkan dalam seluruh sendi sendi kehidupan,termasuk dalam ranah politik. Sehingga tema “Religion within Political Hegemony” menjadi tema yang menarik dan penting untuk dibahas, terlebih mengingat isu agama dan politik menjadi perbincangan yang saat ini sedang hangat.

“Di Indonesia simbol agama di jadikan sebagai alat untuk mencapai kepentingan, isu keagamaan dijadikan instrument untuk mencapai suatu kekuasaan, akibatnya muncul kebencian dan perpecahan dari golongan yang berbeda kepentingannya. Ini jelas sangat jauh dari nilai ke islaman, konsep Islam rahmatan lil ‘alamin seharusnya menjadikan nilai-nilai islam sebagai sumber dari perdamaian bagi seluruh golongan,” tuturnya (Bela).

Exit mobile version