BANYUMAS, Suara Muhammadiyah-Politik seringkali dianggap sebagai lembah yang penuh dengan kotoran. Di tambah lagi dengan keberpihakan media terhahap elite serta banyaknya berita hoax yang turut meramaikan dunia perebutan kekuasaan ini menambah stimulasi masyarakat untuk terus skeptis dan tidak percaya pada keadaan politik sekarang ini.
Untuk membekali masyarakat luas, pada Ahad (30/4), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Banyumas bekerjasama dengan Rhizome menyelenggarakan diskusi tentang Pendidikan Politik dengan tema “Menakar dan Menalar Politik dalam Paradigma Kontemporer”. Diharapkan dengan diskusi ini, pandangan mengenai politik pun akan tercerahkan.
Aan Saeful Islam Ketua Umum PC IMM Banyumas menyampaikan bahwa intermediasi peran hari ini sangat penting oleh kelangan intelektual terlebih bagi masyarakat yang jauh dari informasi dan hanya menjadi penikmat kebijakan atau bahkan korban kebobrokan birokrasi.
Sedangkan Khomsi selaku Wakil dari PDM Banyumas yang juga membuka diskusi secara simbolis menyampaikan bahwa kegiatan ini harus sering digalakkan. “Muhammadiyah yang identik dekat dengan masyarakat tentu harus menjadi gerbong utama untuk membumikan politik sehat dan bermoral,” tuturnya.
Afnan Hadi Kusumo selaku anggota DPD RI mengatakan bahwa saat ini para politisi Indonesia menganut demokrasi liberal, diwarnai dengan pemilihan yang bebas yang sangat terbuka. Ketika demokrasi liberal diberlakukan di negara berkembang yang masyarakatnya masih miskin akan memunculkan koruptor dalam artian money politics, biaya politik yang tinggi. “Implikasi dari politik liberal, akan mematikan masyarakat itu sendiri, menindas dan sekarang itu terjadi. Inilah yang di sebut sebagai politik kontemporer yang sekarang ini sedang terjadi,” tukasnya.
Agus Wahyudi atau sering disapa Gus Dur selaku jurnalis Suara Merdeka menuturkan, media dianggap penting tapi tidak bisa bebas nilai secara keseluruhan karena digerakkan oleh perusahaan dan kekuatan modal atau pemilik modal, pemilik perusahaan dan atau korporat yang masuk dijaringannya. “Media sebagai entitas yang penting dalam ruang politik adalah media sebagai bisa mempengaruhi khalayak dan opini yang berada di masyarakat. Media dalam demokrasi sebagai pilar keempat. Media bisa membuat sebuah fenomena menjadi kajian yang seksi sehingga menimbulkan pergerakan di masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,” katanya.
Biantara selaku Korpresnas BEM PTM menyampaikan bahwa menurutnya mahasiswa kini sudah mulai kehilangan taringnya, maka perlu reposisi gerak dan perjuangannya. BEM yang menjadi wadah dan memiliki daya tawar lebih di pemerintah maupun stakeholder dapat dimanfaatkan sebagai akses lebih dalamrangka memperjuangkan cita-cita intelektual dan kemanusiaan yang merupakan core value tridharma perguruan tinggi.
Dalam kesempatan yang sama PC IMM Banyumas juga menyampaikan hasil risetnya yang bekerjasama dengan UKM Rhizome FISIP UNSOED terkait respon politik masyarakat dan menyongsong jelang Pilkada Banyumas pada tahun 2018 nanti.
Lokasi penelitian di daerah sekitar Unsoed yaitu di Kelurahan Pabuaran, Kelurahan Grendeng, dan Kelurahan Karangwangkal. Hal ini menarik karena disekitar kelurahan tersebut terdapat Universitas Jenderal Soedirman yang dalam hal ini seharusnya mampu memberikan pendidikan politik bagi masyarakat sekitarnya.
Acara diskusi pun di tutup dengan pemberian penghargaan kepada para pembicara, moderator dan untuk Rhizome sebagai partner riset (Mulkhan Putra Suhada).