Ditemui Dubes Tunisia, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Sampaikan 3 Hal

Ditemui Dubes Tunisia, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Sampaikan 3 Hal

JAKARTA, Suara Muhammadiyah- Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menerima kedatangan Dubes Tunisia HE Mr Mourad Belhassen, Kamis (6/4) di Kantor PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta.

Haedar mengatakan bahwa ada 3 hal yang dibahas dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Suyatno, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bahtiar Effendy dan KH Muhyidin Junaidi.

“Pertama, Muhammadiyah menyampaikan agar pemerintah Tunisia membangun kerjasama dengan Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan,” kata Haedar. PP Muhammadiyah pun sangat mengapresiasi kunjungan tersebut, terlebih Muhammadiyah juga telah melakukan kunjungan ke Tunisia beberapa waktu sebelumnya untuk membicarakan sejumlah kerjasama.

Saat ini, Tunisa termasuk salah satu dari negara di Timur Tengah yang sedang tumbuh dan terus berkembang. Dengan adanya kerjasama yang dibangun di bidang pendidikan, menurut Haedar akan mampu saling memajukan. Haedar pun menggarisbawahi bahwa kerjasama yang memungkinkan untuk dijalin saat ini adalah dalam hal pertukaran pelajar dan dosen ataupun sebaliknya. Khususnya di bidang Islamic Studies dan Bahasa.

Dalam kesempatan tersebut Haedar juga menyampaikan bahwa Dubes Tunisia meminta pandangan Muhammadiyah tentang kehidupan Islam di Indonesia dan juga yang terkait akan isu-isu aktual yang ada di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Kondisi Islam di Tunisia dinilai Haedar tentu berbeda dengan yang ada di Indonesia. Namun, memiliki spirit yang sama yaitu dalam proses reformasi, tidak berbeda dengan Indonesia, Tunisia pun mengalami demokratisasi.

“Ini agak berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara di Timur Tengah lainnya,” tutur Haedar.

Ia juga menerangkan bahwa Indonesia tidak bisa dari umat Islam. Hal tersebut dikarenakan bahwa proses demokrasi dan demokratisasi di Indonesia tidak luput dari peran umat Islam, tanpa menghilangkan peran dan posisi umat lainnya. Sedangkan Indonesia, menurutnya, dengan pancasila sebagai dasar negara tidak akan bisa dan tidak boleh menjadi negara sekuler.

“Tunisia sebagai negara demokratis dan Indonesia sebagai negara mayoritas muslim perlu meningkatkan kerjasama untuk membangun dunia Islam yang lebih maju, lebih demokratis dan mampu sejajar dengan negara lain dalam perjalanan ke depan,” kata Haedar.

Dalam hal kerjasama di bidang pendidikan, Duta besar Mourad Belhassen mengatakan pihaknya bersepakat untuk meningkatkan jumlah beasiswa jangka panjang untuk sarjana dan periset yang berasal dari Indonesia. “Ini adalah poin penting yang harus kita bicarakan lebih lanjut,” pungkasnya (Th).

Exit mobile version