JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima kunjungan dari PP Gerakan Pemuda Ansor di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Kamis siang (6/4). Kedatangan rombongan yang dipimpin Ketua umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dan para pengurus lainnya itu ditemui oleh Haedar Nashir, Busyro Muqoddas, Suyatno, dan Dahnil Anzar Simanjuntak.
Seusai pertemuan, Haedar Nashir menyatakan beberapa poin hasil pertemuan santai yang berlangsung selama satu jam itu. “Kami menerima silaturahim anak-anak muda Ansor. Kami senang. Karena itu merupakan tradisi yang baik. Dulu juga menjadi kebiasaan baik tokoh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama,” tuturnya.
Menurut Haedar, tradisi baik seperti ini harus terus dikembangkan dan diteruskan oleh generasi muda bangsa. “Tradisi silaturahim ini merupakan satu hal yang perlu terus dikembangkan oleh anak-anak muda, baik dengan sesama anak muda maupun dengan orang tua,” ujar Haedar.
Selain itu, Haedar menyatakan bahwa kedatangan GP Ansor juga untuk meminta masukan dan petuah dari Muhammadiyah. “Mereka ingin juga memperoleh pandangan-pandangan dari Muhammadiyah tentang keumatan dan kebangsaan,” katanya.
“GP Ansor dan kekuatan muda yang lahir dari rahim organisasi Islam, jangan lupa bahwa keberadaannya itu merupakan bagian integral dari umat Islam, yang harus selalu punya ghirah, komitmen, pemikiran dan pola tindak yang berbasis pada Islam dan kepentingan umat Islam,” ujar Haedar.
Haedar berpesan bahwa hal yang paling berharga dalam kondisi kebangsaan seperti sekarang ini adalah adanya kesamaan persepsi dan persatuan. “Terus menyatukan langkah dan tidak boleh terpecah oleh hal-hal yang bersifat politik atau apapun yang membuat kekuatan Islam justru melemah,” katanya.
Dalam kontek kebangsaan, Haedar menyatakan bahwa umat Islam harus bisa mengelola perbedaan menjadi suatu kekuatan. “Kita menyampaikan bahwa dalam berbangsa dan bernegara itu memang di samping kita ini menjadi keluarga besar bangsa, tentu akan ada dinamika. Dinamika kadang perbedaan, ada gesekan dan lainnya,” ujar Haedar.
“Hal terpenting adalah bagaimana umat Islam termasuk GP Ansor harus tetap menjadi kekuatan perekat dalam kehidupan kebangsaan kita, dan jangan terbawa arus oleh kepentingan-kepentingan pragmatis yang membuat umat Islam mengalami kelemahan dan bangsa ini menjadi lemah,” papar Haedar.
Haedar juga berharap kepada GP Ansor untuk terus meningkatkan kerjasama dengan Pemuda Muhammadiyah dan kekuatan lainnya. “Carilah bentuk-bentuk kegiatan yang bisa menunjukkan bahwa sesama komponen muda muslim itu selain bersatu tetapi juga berarti untuk kehidupan bangsa,” tuturnya.
Sementara itu, ketua PP GP Ansor menyatakan bahwa pertemuan itu sebagai bagian dari silaturahim kebangsaan yang digagas oleh GP Ansor menyambut harlah ke-83. Hal itu sebagai upaya menjaring berbagai masukan dan untuk menyatukan pandangan dalam membangun bangsa.
“Kami bersilaturahim dan meminta nasehat kepada senior yang ada di sini terkait dengan kondisi berbangsa dan bernegara, terkait dengan pemahaman dan penyikapan kita terhadap keislaman. Kami harap ini menjadi bibit atau tunas kita menyatukan persepsi,” tuturnya (Ribas/Th).