MALANG, Suara Muhammadiyah- Kedatangan tim robot Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) disambut meriah oleh rombongan civitas akademika UMM di terminal II Bandara Internasional Juanda Surabaya, Jumat (7/4). Dua tim robot UMM, InaMu dan Unmu, berhasil menyabet juara 1 dan 2 dalam kontes robot internasional di Trinity College, Connecticut, Amerika Serikat (AS), 1-2 April 2017. Di samping itu, tim InaMu juga meraih predikat poster terbaik kategori robot berkaki.
“Meskipun dua robot mengalami kendala saat pertandingan, namun tidak menghalangi tim untuk meraih juara. Salah satu robot mengalami kerusakan pada mesin dan pada pompa,” jelas Imam Fatoni, salah satu peserta tim. Selain Imam, peserta lainnya yaitu Ikhlal Aldhi Wijaya dan Salis Muchtar Fadhillah, ketiganya merupakan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UMM.
Kerusakannya disebabkan air yang disediakan untuk memadamkan lilin bocor dan membasahi komponen yang lain. Karena itu, akhirnya harus dibongkar untuk dikeringkan dulu, kemudian dipasang kembali komponen robotnya. Beberapa komponen yang rusak langsung perbaiki langsung di tempat. Tujuan utamanya saat itu, cerita Imam, yang penting robot bisa berjalan dan memadamkan api. “Alhamdulillah, robot yang rusak tadi bisa meraih juara dua di perlombaan internasional ini,” jelas Imam.
Ada dua hal yang menjadi keunggulan robot-robot UMM, yaitu kecepatan dan ketepatan. Hal itu lantaran robot UMM dibekali dengan sepuluh sensor, yaitu delapan sensor ultrasonik dan dua sensor infra merah sebagai sensor jarak. Sensor-sensor tersebut digunakan agar mudah mendeteksi posisi lilin dan dapat menjangkau lilin dengan cepat dan tepat.
Dengan melawan beberapa negara lainnya seperti dari Kanada, Tiongkok, Israel, Portugal, Uni Emirat Arab dan tuan rumah Amerika Serikat itu, tim UMM berhasil keluar sebagai robot tercepat yang memadamkan api. “Waktu yang diberikan 20 detik untuk memadamkan api, kami berhasil memadamkan api dengan waktu 11,9 detik,” jelas mahasiswa prodi Teknik Elektro itu.
Rektor UMM, Fauzan menyebutkan universitas memberikan apresiasi yang besar kepada tim yang berhasil mengharumkan nama bangsa tersebut. Selain berupa pembebasan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan mendapatkan insentif individu, tiap anggota tim juga dibebaskan dari tugas akhir dan sejumlah mata kuliah yang ekuivalen, seperti Robotika, Mekatronika, dan Micro Controller.
Ke depannya, masing-masing tim tetap diminta menggembangkan konsepnya dan dirancang agar bisa sampai pada industrialisasi robot. Terkait hal ini, Rektor UMM Fauzan mengatakan, pada Agustus nanti akan ada festival riset, di mana salah satu acaranya yaitu entrepreneurship summit. “Di situ, hasil riset terbaik dari mahasiswa dan dosen UMM akan ditemukan dengan para pengusaha. Pada momen ini, robot-robot yang sudah terbukti kualitasnya itu tentu akan menarik kalangan industri,” jelas Rektor (Humas UMM).