JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Sampai saat ini, mayoritas umat Islam di Indonesia belum sepenuhnya menjadi tuan di rumahnya sendiri. Panguasaan asset di bidang sosial, politik dan ekonomi menjadi indikator lemahnya kekuatan umat Islam. Tanpa memiliki kekuatan itu, umat Islam belum bisa menjadi yang terdepan dan memimpin peradaban.
Ketua PP Muhammadiyah bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Kebencanaan dan ZIS, Hajriyanto Y Thohari menyatakan bahwa kunci untuk membangun peradaban adalah dengan membangun kekuatan ekonomi. “Umat Islam baru jumlahnya saja yang besar. Untuk bisa membangun peradaban, harus membangun kekuatan ekonomi. Karen sejarah telah meperlihatkan, yang bisa membangun peradaban itu masyarakat yang kaya,” ujarnya dalam pengajian bulanan di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah di Jakarta, Jumat (7/4).
Menurutnya, jika Muhammadiyah ingin membangun keunggulan umat Islam di Indonesia, maka termasuk hal yang harus didahulukan adalah membangun keunggulan ekonomi dengan memanfaatkan semua potensi yang ada. “Potensi ekonomi besar, potensi politik juga besar, tapi masih menjadi kekuatan laten. Belum manifest, belum muncul, untuk memanifestasikan bukan pekerjaan gampang,” katanya.
Ajaran agama Islam, kata Hajriyanto, pada dasarnya memerintahkan umatnya untuk menjadi kaya. Bahkan para sahabat nabi banyak yang berprofesi sebagai penguasaha. “Perintahnya, umat Islam itu membayar zakat, bukan mencari zakat,” ujar Hajrianto. Secara tersirat, perintah membayar zakat adalah perintah untuk menjadi kaya sehingga memenuhi syarat untuk menunaikan kewajiban zakat.
Sementara itu, ketua PP Muhammadiyah bidang Ekonomi, Kewirausahaan dan UMKM Anwar Abbas menyatakan bahwa pada saatnya umat Islam akan menjadi penentu dan menjadi tuan di negerinya sendiri. Dengan syarat, umat Islam menjadi umat yang berkemajuan. “Membangkitkan ekonomi umat dan menguasai sumber daya material agar bisa menjadi penentu,” tuturnya..
Menurutnya, umat Islam Indonesia dalam banyak penelitian diproyeksikan akan menjadi kekuatan alternatif dunia di masa mendatang. “Umat Islam akan kembali memimpin dunia, bukan umat Islam dari Timur Tengah, Turki tetapi Indonesia. Kalau itu terjadi, pertanyaannya siapa penentu yang berkuasa di negeri ini, mereka lah yang menguasai ekonomi,” ungkapnya (Ribas).