TEGAL, Suara Muhammadiyah- Menyikapi isu kebangkitan komunisme, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Tegal menggelar dialog kebangsaan pada Sabtu (8/4) di Gedung Pertemuan PMI Kabupaten Tegal dengan menghadirkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Azhar Simanjuntak dan KODIM 0712 Tegal, Letkol Kay Kristiyanto.
Kegiatan ini diikuti oleh Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah se-Kabupaten Tegal, perwakilan Ikatan Pelajar Muhammadiyah dari berbagai SMA/SMK se-Kabupaten Tegal, serta organisasi masyarakat pemuda.
Adapun tujuan dari diadakannya kegiatan tersebut yakni sebagai upaya untuk membentengi generasi muda khususnya di Kabupaten Tegal atas kebangkitan paham komunisme yang semakin terasa kehadirannya di beberapa daerah di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Azhar Simanjuntak mengatakan bahwa komunisme merupakan bahaya laten yang harus diwaspadai kebangkitannya. Kendati demikian, ia menekankan bahwa hal tersebut tidak harus ditakuti.
“Sebagai upaya untuk membentengi hal tersebut, sudah selayaknya Pemuda Muhammadiyah hadir dalam permasalahan umat dan bangsa. Karena selama ini yang menjadi bibit-bibit komunisme adalah kemiskinan, kebodohan, serta ketidakadilan,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Dahnil, cara menangkal komunisme yaitu dengan menghadirkan kembali cara dakwah Kyai Ahmad Dahlan dengan mengentaskan kemiskinan serta memberantas kebodohan.
Senada dengan hal tersebut, Letkol Kristiyanto juga menyampaikan bahwa paham komunisme merupakan bahaya laten yang harus terus diwaspadai kebangkitannya. Hal ini mengingat banyaknya komunis gaya baru (KGB) yang perlahan menyusup dalam kehidupan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Ia juga menghimbau untuk dilakukannya sosialisasi kepada generasi penerus bangsa terkait bahaya komunis.
“Menyusupnya paham komunis dalam kehidupan masyarakat sangat halus dan tidak kentara, sehingga terkadang masyarakat susah untuk membedakan antara komunis dan bukan komunis. Karena itu harus diwaspadai, juga perlu dilakukan sosialisasi. Jangan sampai generasi muda tidak paham tentang sejarah komunisme,” terangnya.
Lebih lanjut Kristiyanto menjelaskan, komunisme merupakan bahaya yang sewaktu-waktu bisa timbul. Ia juga menilai bahwa penghapusan film G 30 S/PKI merupakan upaya pengaburan informasi tentang paham komunis. “Jika itu memang sejarah dan sebuah fakta kebenaran, kenapa film tersebut harus dihapus? Harusnya tetap ditayangkan, agar generasi muda paham fakta sejarah kekejaman komunis. Tidak dibalik-balik kalau komunis itu korban dan pemerintah yang salah dan harus minta maf,” tegasnya (Hendra Apriyadi).