SURAKARTA, Suara Muhammadiyah- Selama ini kita mengenal bencana yang disebabkan oleh faktor alam. Bencana karena sebab faktor manusia masih sedikit dibicarakan termasuk penanganan warga terdampak akibat konflik sosial dan upaya resolusi konflik.
Diskursus pengurangan risiko bencana akibat kekerasan dan konflik belum banyak menjadi konsen para pegiat penanggulangan bencana. Banyak data yang menyebutkan bahwa jumlah warga terdampak akibat kekerasan lebih banyak ketimbang warga terdampak akibat bencana (alam).
Eskalasi kekerasan bahkan terjadi sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari termasuk di sekolah. Atas dasar itulah, MDMC Jawa Tengah bersama Peace Generation dan Lazismu PP Muhammadiyah menyelenggarakan kegiatan pelatihan Sekolah Cerdas (Ceria, Damai dan Siaga Bencana).
Sekolah Cerdas merupakan perpaduan konsep Sekolah Welas Asih dan Sekolah Aman Bencana yang berusaha menciptakan sekolah yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kebijakan yang dapat merespon risiko bencana alam ataupun kekerasan di Sekolah. Program diawali dengan menyelenggarakan Training of Trainer (ToT) bagi 20 Sekolah di Jawa Tengah pada tanggal 14 – 16 April di Hotel Multazam Surakarta.
Irfan Amalee, Direktur Peace Generation mengatakan ToT kali ini diikuti para guru yang berasal dari 16 sekolah Muhammadiyah, 1 Sekolah Negeri dan 3 Sekolah Kristen di Provinsi Jawa Tengah. “Ini Bertujuan membangun kepedulian yang sama terhadap ancaman kekerasan dan bencana kemanusiaan yang lebih luas. Sampai akhir tahun 2018 kita berharap dapat menyelenggarakan untuk 100 sekolah di seluruh Indonesia.”
ToT dibuka secara resmi oleh Direktur (Plt) Lazismu Joko Intarto. Dalam sambutannya menyebutkan ia mengatakan bahwa pelatihan Sekolah Cerdas keluar dari gagasan dan ide yang cerdas. “Muhammadiyah butuh ide-ide cerdas yang lain. Kami sangat mendukung kegiatan ini bila perlu jangan hanya 100 sekolah tetapi 100.000 sekolah se Indonesia,” tegas Joko.
Sementara itu, Ketua MDMC Jawa Tengah, Naibul Umam menyatakan bahwa pihaknya ingin menegaskan bahwa Muhammadiyah hidup bersama warga bangsa yang berbeda agama, suku dan adat istiadat. “Bhinneka Tunggal Ika harus dijaga dengan menanamkan sedari dini kepada anak sekolah nilai-nilai kepedulian, empati, rasa persaudaraan dalam perbedaan, saling tolong menolong dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun. Kami memulainya dengan penyelenggaraan Sekolah Cerdas ini,” tegas Umam.
Setelah selesai mengikuti kegiatan ToT ini, para guru akan membentuk Duta Sekolah Cerdas di sekolah masing-masing dan melaksanakan program hingga bulan November 2017 mendatang dengan tenaga pendamping dari pengurus MDMC Jawa Tengah (Umam).